20 Januari 2011

Katakanlah Bahwa Kau Cinta Dia

“Ya Rasulullah,” kata shahabat itu kepada sang kekasih utama, “Sesungguhnya aku mencintai orang itu.”

Saat itu, sebagaimana dituturkan Anas bin Malik dan dicatat Imam Abu Dawud, seorang shahabat sedang duduk bersama Rasulullah. Kemudian seorang shahabat lagi berjalan melintasi mereka. Melihat shahabat yang melintas tersebut, dalam diri shahabat yang duduk itu timbul keinginan untuk mengungkapkan perasaannya tentang shahabat tadi kepada Rasulullah. Tentu saja Rasulullah gembira mengetahui hal itu. Namun, sejurus kemudian beliau bertanya pada shahabat yang di dekatnya itu.

“Sudahkah engkau menyatakan cintamu padanya?” Rasulullah bertanya. Ini adalah pertanyaan sekaligus anjuran bagi shahabat itu untuk melakukan apa yang ditanyakan oleh Rasulullah.

“Belum, ya Rasulullah,” jawabnya lugas.

“Pergilah menemui orang itu dan katakan bahwa kamu mencintainya,” kata Rasulullah. Kali ini secara lugas Rasulullah menganjurkan agar shahabat tersebut benarbenar mengungkapkan perasaannya kepada shahabat yang melintasi mereka tadi.

Maka, sertamerta shahabat yang berada di dekat rasulullah itu segera mengejar shahabat yang melintas tadi. Bergegas didapatinya shahabat itu. Tatkala mereka telah berdekatan, shahabat yang mengejar tadi mengungkapkan apa yang dirasakannya kepada shahabatnya itu. “Sesungguhnya, saya mencintaimu,” katanya.

Mendengar apa yang dikatakan oleh saudara seimannya itu, shahabat yang kedua itu merasa bahagia dan mendoakan kebaikan bagi saudaranya itu. Ia tahu dan menyadari bahwa seseorang yang mencintai saudaranya akan dicintai oleh Allah. “Engkau juga dicintai oleh Allah yang karena Allah itulah engkau mencintai aku.”

Dari sini kita bisa mengerti bahwa sesungguhnya mengungkapkan rasa cinta kepada seseorang adalah sunnah Rasulullah. Beliau memerintahkan kita untuk mengungkapkan rasa cinta kita kepada merekamereka yang kita cintai. Di sini cinta tidak hanya berwujud dalam bentuk rasa hati, konsepsi, dan emosi semata. Namun, cinta juga perlu untuk ditransliterasikan dalam mozaik hurufhuruf yang sangat indah itu, mantera cinta, “Aku mencintaimu.”

Mengungkapkan kata cinta bagi si pecinta merupakan hal yang sangat sulit. Adalah mereka para lajang yang hendak menginjak dan menduduki singgasana pernikahan merupakan manusiamanusia yang paling banyak merasakan getaran dan gejolak cinta. Namun, rasa malu dan pendapat yang salah dalam memahami cinta menjadikan sebagian mereka tersiksa oleh perasaan cintanya itu. Perasaan untuk disalurkan dengan katakata, “Sesungguhnya, aku mencintaimu.”
Mereka takut bahwa mengatakan cinta sebelum bersanding di singgasana pernikahan adalah perbuatan dosa dan tidak menjaga diri. Maka, biarlah saya pinjam syair dari Ibnu Hazm, seorang ulama yang pecinta sejati, dari Untaian Kalung Merpati.

jangan berlagak suci, menyebut cinta sebagai dosa
bahkan muhammad pun tak akan mencela pecinta
dia tak pernah mencinta umatnya yang jatuh cinta

Oleh sebab itu, Ibnu Hazm selalu mendukung merekamereka yang mencintai seseorang untuk mengungkapkan perasaan cintanya. Ia mengetahui bagaimana rasa derita yang dialami kawankawannya ketika merasakan gejolak cinta yang begitu dalam dan kuat.

wahai kawan, ungkapkan saja perasaan cintamu!
sebab pendapat kita tentang cinta adalah sama
sampai kapan akan kau sembunyikan
aku takkan tinggalkan kau sendirian

Para pecinta yang mengungkapkan apa yang dirasakannya akan merasakan kelegaan di dalam dadanya. Seakan kekuatan potensi cinta yang menggelantung dan membesar di rongga dadanya kini telah terlepas bersama katakata cinta. Maka, para pecinta yang telah mengungkapkan rasa cintanya akan merasakan dirinya ringan, napasnya teratur, degup jantungnya stabil, dan tekanan darahnya standar, umumnya ia berada dalam kondisi yang sehat secara fisik dan psikis. Ia telah melepaskan sebagian beban cinta dari dalam dirinya untuk dibagi dengan orang yang dicintainya.

Sedangkan bagi mereka yang diberi pernyataan cinta oleh pecintanya, ada dua macam. Namun kita hanya akan membahas yang juga mencintai si pecintanya. Maka, bagi dirinya, diberi ungkapan cinta adalah kebahagiaan. Ini berarti ia memiliki seseorang yang menganggap bahwa dirinya ada dan eksis sebagai sebuah wujud tertentu yang harus diberi, diperhatikan, ditumbuhkan, dirawat, dan dilindungi. Inilah inti dari ungkapan cinta yang pecinta, bahwa ia tidak hanya hidup dalam katakata, tapi dalam kerja cinta. Namun, katakata merupakan bagian dari kerjakerja cinta itu. Mendengarkan seseorang mengatakan cinta adalah kebutuhan.

Maka, tidaklah heran jika Aisyah selalu ingin mendengar katakata Rasulullah bahwa Rasulullah mencintainya. Meskipun ia sangat tahu Rasulullah paling mencintainya, tapi ia ingin terus menerus mendengarnya dari suaminya. Kadang, ia memancing Rasulullah mengatakan cinta dengan pertanyaanpertanyaan retorisnya. Bahwa ia adalah isteri yang paling istimewa, dia adalah satusatunya isteri yang masih perawan ketika dinikahi Rasulullah.
“Jika engkau turun ke suatu lembah,” kata Aisyah kepada Rasulullah seperti dicatat Imam Bukhari, “Lalu engkau lihat di situ ada rumput yang telah dimakan - oleh gembala lain – dan ada rumput yang belum dimakan, di rumput manakah gembalamu engkau suruh makan?”

Rasulullah tahu arah pembicaraan isteri yang paling dicintainya itu. Maka, beliau menjawab, “Tentulah pada rumput yang belum dimakan (gembala lain).” Maksud Rasulullah adalah bahwa ia akan memilih yang masih perawan, metafora padang gembalaan.

Jika para pecinta sunyi memiliki malaikat yang senantiasa mengamini doadoanya pada yang dicintainya serta mendoakan yang serupa untuk si pecinta sunyi. Maka, di sini para pecinta yang mentransliterasikan cinta juga memiliki malaikatmalaikat yang mencintainya juga. Tuan dan Nyonya masih ingat jawaban dari shahabat yang dicintai shahabat yang lainya itu? “Engkau juga dicintai oleh Allah yang karena Allah itulah engkau mencintai aku,” jawabnya. Sehingga pecinta yang mentransliterasikan cintanya karena Allah itu akan dicintai oleh Allah pula.

“Jika Allah Ta'ala itu mencintai seseorang hamba,” kata Rasulullah dari Abu Hurairah dalam Shahihain, “Maka Dia memanggil Jibril untuk memberitahukan bahwa Allah mencintai si Fulan, ‘Maka cintailah olehmu - hai Jibril - si Fulan itu.’ Jibril lalu mencintainya, kemudian ia mengundang kepada seluruh penghuni langit memberitahukan bahwa Allah mencintai si Fulan, ‘Maka cintailah olehmu semua - hai penghuni-penghuni langit - si Fulan itu’. Para penghuni langitpun lalu mencintainya. Setelah itu diletakkanlah penerimaan(kecintaan) baginya di kalangan penghuni bumi.”

Ah, bukankah ini keajaiban, ketika kita mentransliterasikan cinta dalam sebait kata sederhana, kita telah melakukan langkah awal untuk menjadi manusia yang dicintai Allah, seluruh malaikat, seluruh penghuni langit, dan akhirnya penghuni bumi. Mulai kini, ajarkanlah dalam diri kita untuk mengungkapkan cinta, meski sederhana, meski sahaja, asalkan tulus dari kesucian hati di dalam dada, maka itu adalah kerja cinta.

Jika memang sangat ingin berkatakata, tapi terantuk kebiasan diri tanpa kata dan orang yang kaku, maka cobalah saran Anis Matta dalam Biar Kuncupnya Mekar Jadi Bunga ini. Tulislah sajak Sapardi Djoko Damono ini dan berikanlah kepada orang yang dicintai:

aku ingin mencintaimu dengan sederhana:
dengan kata yang tak sempat diucapkan kayu
kepada api yang menjadikannya abu
aku ingin mencintaimu dengan sederhana:
dengan isyarat yang tak sempat disampaikan
awan kepada hujan yang menjadikannya tiada

Tidak ada komentar:

Posting Komentar