28 November 2011

Yang dapat merusak amal

1. Kufur, Syirik, Murtad, dan Nifaq.
Wahai orang Muslim, wahai hamba Allah! Ketahuilah, siapa yang mati dalam keadaan kafir atau musyrik atau murtad, maka segala amal yang baik tidak ada manfaatnya untuk mendekatkan diri kepada Allah, seperti shadaqah, silaturrahim, berbuat baik kepada tetangga dan lain-lainnya. Sebab di antara syarat taqarrub adalah mengetahui siapa yang didekati. Sementara itu orang kafir tidak begitu. Maka secara spontan amalnya menjadi rusak dan sia-sia.
Allah berfirman: "Barangsiapa yang murtad diantara kamu dari agamanya, maka mereka itulah yang sia-sia amalannya di dunia dan di akhirat, dan mereka itulah penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya" [Al-Baqarah: 217].
"Barang siapa yang kafir sesudah beriman (tidak menerima hukum-hukum Islam), maka hapuslah amalannya dan ia pada akhirat termasuk orang-orang yang merugi." [Al-Maidah: 5].
"Dan sesunggunya telah diwahyukan kepadamu dan kepada (nabi-nabi) yang sebelummu: ‘Jika kamu mempersekutukan (Allah), niscaya akan hapuslah amalmu dan tentulah kamu termasuk orang-orang yang merugi’." [Az-Zumar: 65].
Allah juga berfirman, mengabarkan tentang keadaan semua rasul: "Seandainya mereka mempersekutukan Allah, niscaya leyaplah dari mereka amalan yang telah mereka kerjakan." [Al-An’am: 88].
Dan juga sabda Rasulullah saw: "Apabila orang-orang mengumpulan orang-orang yang terdahulu dan orang-orang yang kemudian untuk satu hari dan tiada keraguan di dalamnya, maka ada penyeru yang berseru: ‘Barangsiapa telah menyekutukan seseorang dalam suatu amalan yang mestinya dikerjakan karena Allah, lalu dia minta pahala di sisi-Nya, maka sesungguhnya Allah adalah yang paling tidak membutuhkan untuk dipersekutukan’." [HR. At-Tirmidzi 3154, Ibnu Majah 4203, Ahmad 4/215, Ibnu Hibban 7301, hasan].

2. Riya’.
Celaan terhadap riya’ telah disebutkan dalam Al-Qur’an dan Sunnah. Firman Allah: "... seperti orang yang menafkahkan hartanya karena riya’ kepada manusia dan dia tidak beriman kepada Allah dan hari kemudian. Maka perumpamaan orang itu sperti batu yang licin dan diatasnya ada tanah, kemudian batu itu mejadilah bersih (tidak bertanah). Mereka itu tidak menguasai sesuatu sesuatu apapun dari apa yang mereka usahakan, dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang kafir." [ Al-Baqarah: 264].
Rasullullah saw bersabda: "Sesungguhnya yang aku paling takutkan atas kamu sekalian ialah syirik kecil, yaitu riya’. Allah berfirman pada hari kiamat, tatkala memberikan balasan terhadap amal-amal manusia, ‘Pergilah kepada orang-orang yang dulu kamu berbuat riya’ di dunia, lalu lihatlah apakah kamu mendapatkan balasan bagi mereka?" [HR. Ahmad 5/428, 429, shahih].
Maka dari itu jauhilah riya’, karena ia merupakan bencana amat jahat, yang bisa menggugurkan amal dan menjadikannya sia-sia. Ketahuilah, bahwa orang-orang yang riya’ adalah pertama kali menjadi santapan neraka, karena mereka telah menikmati hasil perbuatannya di dunia, sehingga tidak ada yang menyisa di akhirat.
Ya Allah, sucikanlah hati kami dari nifaq dan amal kami yang riya’ teguhkanlah kami pada jalan-Mu yang lurus, agar datang keyakinan kepada kami.

3. Menyebut-Nyebut Shadaqah dan Menyakiti Orang Yang Diberi.
Allah berfirman: "Hai orang-orang yang beriman jangalah kamu menghilangkan (pahala) shadaqahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima)." [Al-Baqarah: 264].
Ketahuilah wahai hamba Allah! Jika engkau menshadaqahkan harta karena mengharap balasa dari orang yang engkau beri, maka engkau tidak adakn mendapatkan keridhaan Allah. Begitu pula jika engkau menshadaqahkannya karena terpaksa dan menyebut-nyebut pemberianmu kepada orang lain.
Rasulullah saw bersabda: "Tiga orang, Allah tidak menerima ibadah yang wajib dan yang sunat dari mereka, yaitu orang yang durhaka kepada orang tua, menyebut-nyebut shadaqah dan mendustakan takdir." [HR. Ibnu Abi Ashim 323, Ath-Thabrany 7547, hasan].
Abu Bakar Al-Warraq berkata, "Kebaikan yang paling baik, pada setiap waktu adalah perbuatan yang tidak dilanjuti dengan menyebut-nyebutnya."
Allah berfirman: "Perkataan baik dan pemberian maaf lebih baik dari shadaqah yang diiringi dengan sesuatu yang menyakitkan (perasaan si penerima). Allah Maha Kaya lagi Maha Penyantun." [Al-Baqarah: 263].

4. Mendustakan Takdir.
Ketahuilah wahai orang Mukmin, iman seorang hamba tidak dianggap sah kecuali dia beriman kepada takdir Allah, baik maupun buruk. Dia juga harus tahu bahwa bencana yang menimpanya bukan unutk menyalahkannya, dan apa yang membuatnya salah bukan untuk menimpakan bencana kepadanya. Semua ketentuan sudah ditetapkan dan ditulis di Mushhaf yang hanya dikethaui Allah semata, sebelum suatu peristiwa benar-benar terjadi dan sebelum Dia menciptakan alam.
Rasulullah saw bersabda: "Tiga orang, Allah tidak menerima ibadah yang wajib dan yang sunat dari mereka, yaitu orang yang durhaka kepada orang tua, menyebut-nyebut shadaqah dan mendustakan takdir."
Dan sabda beliau yang lain: "Andaikata Allah mengadzab semua penhuni langit dan bumi-Nya, maka Dia tidak zhalim terhadap mereka. Dan, andaikata Allah merahmati mereka, maka rahmat-Nya itu lebih baik bagi mereka dari amal-amal mereka. Andaikata engkau membelanjakan emas seperti gunung Uhud di jalan Allah, maka Allah tidak akan menerima amalmu sehingga engkau beriman kepada takdir, dan engkau tahu bahwa bencana yang menimpamu, dan apa yang membuatmu salah bukan untuk menimpakan bencana kepadamu. Andaikata engkau mati tidak seperti ini, maka engkau akan masuk neraka." [HR. Abu Daud 4699, Ibnu Majah 77, Ahmad 5/183, 185, 189, shahih].

5. Meninggalkan Shalat Ashar.
Allah memperingatkan manusia agar tidak meninggalkan shalatul-wustha (shalat ashar) karena dilalaikan harta, keluarga atau keduniaan. Allah mengkhususkan bagi pelakunya dengan ancaman keras, khususnya shalat ashar. Firman-Nya: "Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat, (yaitu) orang yang lalai dari shalatnya." [Al-Ma’un: 4-5].
Rasulullah saw bersabda: "Orang tidak mengerjakan shalat ashar, seakan-akan dia ditinggalkan sendirian oleh keluarga dan hartanya." [HR. Al-Bukhari 2/30, Muslim 626]
Dari Abu Al-Malih, atau Amir bin Usamah bin Umair Al-Hadzaly, dia berkata, "Kami bersama Buraidah dalam suatu perperangan pada suatu hari yang mendung. Lalu ia berkata, ‘Segeralah melaksanakan shalat ashar, karena Nabi saw pernah berkata: "Barangsiapa meninggalkan shalat ashar, maka amalnya telah lenyap." [HR. Al-Bukhari 2/31, 66].

6. Bersumpah Bahwa Allah Tidak Mengampuni Seseorang
Dari Jundab ra sesungguhnya Rasulullah saw mengisahkan tentang seorang laki-laki yang berkata, "Demi Allah, Allah tidak akan mengampuni Fulan. Padahal Allah telah berfirman, ‘Siapa yang bersumpah kepada-Ku, bahwa aku tidak mengampuni Fulan, maka aku mengampuni Fulan itu dan menyia-nyiakan amalnya (orang yang bersumpah)." [HR. Muslim 16/174].
Ketahuilah, bahwa memutuskan manusia dari rahmat Allah merupakan sebab bertambahnya kedurhakaan orang yang durhaka. Karena dia merasa yakin, pintu rahmat Ilahi sudah ditutup di hadapannya, sehingga dia semakin menyimpang jauh dan durhaka, hanya karena dia hendak memuaskan nafsunya. Allah akan mengadzabnya dengan adzab yang tidak diberikan kepada orang lain.
Bukanlah sudah selayaknya jika Allah menghapus pahala amal orang yang menutup pintu kebaikan dan membuka pintu keburukan, sebagai balasan yang setimpal baginya?

7. Mempersulit Rasulullah, dengan Perkataan maupun Perbuatan.
Allah berfirman: "Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu meninggikan suaramu lebih dari suara Nabi, dan janganlah kamu berkata kepadanya dengan suara keras sebagaimana kerasnya (suara) sebagian kamu terhadap sebagian yang lainm supaya tidak menghapus (pahala) amalanmu, sedang kamu tidak menyadarinya." [Al-Hujurat: 2]. Dari Anas bin Malik ra, tatkala ayat ini turun maka Tsabit bin Qais di rumahnya, seraya berkata, "Pahala amalku telah terhapus, dan aku termasuk penghuni neraka." Dia juga menghidari Nabi saw. Lalu beliau bertanya kepada Sa’d bin Mu’adz, "Wahai Abu Amr, mengapa Tsabit mengeluh?"
Sa’d menjawab, "Dia sedang menyendiri dan saya tidak tahu kalau dia sedang mengeluh."
Lalu Sa’d mendatangi Tsabit dan mengabarkan apa yang dikatakan Rasulullah. Maka Tsabit berkata, "Ayat ini telah turun, sedang engkau sekalian tahu bahwa aku adalah orang yang paling keras suaranya di hadapan Rasulullah. Berarti aku termasuk penghuni neraka."
Sa’d menyampaikan hal ini kepada beliau, lalu beliau berkata, "Bahwa dia termauk penghuni surga." [HR. Al-Bukhari 6/260, Muslim 2/133-134].
Dengan hadits ini jelaslah bahwa mengeraskan suara yang dapat menghapus pahala amal adalah suara yang menggangu Rasulullah, menentang perintah beliau, tidak taat dan tidak mengikuti beliau, baik perkataan maupun perbuatan. Allah berfirman: "Hai orang-orang yang beriman taatlah kepada Allah dan Rasul dan janganlah kamu merusakkan (pahala) amal-amalmu." [Muhammad: 33].

8. Melakukan Bid’ah Dalam Agama.
Melakukan bid’ah akan mengugurkan amal dan menghapus pahala. Dalam hal ini Rasulullah saw bersabda: "Barangsiapa yang menciptakan sesuatu yang baru dalam agama kami ini yang tidak termasuk bagian darinya, maka ia tertolak."
Dalam riwayat lain disebutkan: "Barangsiapa yang melakukan suatu amalan yang tidak termasuk agama kami, maka ia tertolak." [HR. Al-Bukhari 5/301, Muslim 12/16].

9. Melanggar Hal-Hal Yang Diharamkan Allah Secara Sembunyi-Sembunyi.
Dari Tsauban ra, dari Nabi saw, beliau bersabda: "Benar-benar akan kuberitahukan tentang orang-orang dari umatku yang datang pada hari kiamat dengan membawa beberapa kebaikan seperti gunung Tihamah yang berwarna putih, lalu Allah menjadikan kebaikan-kebaikan itu sebagai debu yang berhamburan". Tsauban berkata, "Wahai Rasulullah, sebutkan sifat-sifat mereka kepada kami dan jelaskan kepada kami, agar kami tidak termasuk diantara mereka, sedang kami tidak mengetahuiny". Beliau bersabda: "Sesungguhnya mereka itu juga saudara dan dari jenismu. Mereka shalat malam seperti yang kamu kerjakan. Hanya saja mereka adalah orang-orang yang apabila berada sendirian dengan hal-hal yang diharamkan Allah maka, mereka melanggarnya." [HR. Ibnu Majah 4245, shahih].

10. Merasa Gembira Jika Ada Orang Mukmin Terbunuh.
Darah orang Muslim itu dilindungi. Maka seseorang tidak boleh menumpahkan darahnya menurut hak Islam.
Rasulullah saw bersabda: "Barangsiapa membunuh seorang Mukmin lalu ia merasa senag terhadap pembunuhannya itu, maka Allah tidak akan menerima ibadah yang wajib dan yang sunat darinya." [HR. Abu Daud 4270, shahih].

11. Menetap Bersama Orang-Orang Musyrik Di Wilayah Perperangan.
Dari Bahz bin Hakim, dari ayahnya, dari kakeknya, dia berkata: "Aku berkata, ‘wahai Nabi Allah, aku tidak pernah mendatangimu sehingga aku menjalin persahabatan lebih banyak dari jumlah jari-jari tangan? Apakah sekarang aku tidak boleh mendatangimu dan mendatangi agamamu? Sesungguhnya aku dulu adalah orang yang tidak pernah melalaikan sesuatu pun kecuali apa yang diajarkan Allah dan Rasul-Nya kepadaku, dan sesungguhnya aku ingin bertanya atas ridha Allah, dengan apa Rabb-mu mengutusmu kepada kami?"
Beliau menjawab, "Dengan Islam."
"Apakah tanda-tanda Islam itu?", Dia bertanya.
Beliau menjawab, "Hendaklah engkau mengucapkan: ‘Aku berserah diri kepada Allah’, hendaklah engkau bergantung kepada-Nya, mendirikan shalat dan mengeluarkan zakat. Setiap orang Muslim atas orang Muslim lainnya adalah haram (menyakiti), keduanya adalah saudara dan saling menolong. Allah tidak akan menerima suatu amalan dari orang Muslim setelah dia masuk Islam, sehingga dia meninggalkan orang-orang kafir untuk bergabung dengan orang-orang Muslim." [HR. An-Nasa’i 5/82-83, Ibnu Majah 2536, Ahmad 5/4-5, hasan].

12. Mendatangi Dukun dan Peramal.
Beliau saw mengancam orang-orang yang mendatangi dukun dan sejenisnya, lalu meminta sesuatu kepadanya, bahwa shalatnya tidak akan diterima selama empat puluh hari. Beliau bersabda: "Barangsiapa mendatangi peramal lalu bertanya tentang sesuatu kepadanya, maka shalatnya tidak akan diterima selama empat puluh hari." [HR. Muslim 14/227].
Ancaman ini diperuntukkan bagi orang yang mendatangi dukun dan menanyakan sesuatu kepadanya. Sedangkan orang yang membenarkannya, maka dia dianggap sebagai orang yang mengingkari apa yang diturunkan kepada Rasulullah saw. Beliau bersabda: "Barangsiapa mendatangi peramal atau dukun lalu membenarkan apa yang dikatakannya, maka ia telah kufur terhadap apa yang diturunkan kepada Muhammad saw." [HR. Muslim 135, Abu Daud 3904, Ahmad 2/408-476].


13. Durhaka Kepada Kedua Orang Tua.
Allah telah memerintahkan agar berbuat baik kepada ibu bapak dan berbakti kepada keduanya. Dia memperingatkan, mendurhakai keduanya dan mengingkari kelebihan keduanya dalam pendidikan merupakan dosa besar dan melenyapkan pahala amal. Rasulullah saw bersabda: "Tiga orang, Allah tidak menerima ibadah yang wajib dan yang sunat dari mereka, yaitu orang yang durhaka kepada orang tua, menyebut-nyebut shadaqah dan mendustakan takdir."

14. Meminum Khamr.
Rasulullah saw bersabda: "Barangsiapa meminum khamr, maka shalatnya tidak diterima selama empat puluh pagi (hari). Jika dia bertaubat, maka Allah mengampuninya. Jika dia mengulanginya lagi, maka shalatnya tidak diterima (lagi) selama empat puluh pagi (hari). Jika dia bertaubat, maka Allah mengampuninya. Jika dia mengulanginya lagi, maka shalatnya tidak diterima (lagi) selama empat puluh pagi (hari). Jika dia bertaubat, maka Allah mengampuninya. Jika dia mengulanginya lagi, maka shalatnya tidak diterima (lagi) selama empat puluh pagi (hari). Dan, jika mengulanginya keempat kalinya, maka shalatnya tidak diterima (lagi) selama empat puluh pagi (hari). Jika dia bertaubat maka Allah tidak mengampuninya dan Dia mengguyurnya dengan air sungai al-khabal." Ada yang bertanya, "Wahai Abu Abdurrahman (Nabi), apakah sungai al-khabal itu?" Beliau menjawab, "Air sungai dari nanah para penghuni neraka." [HR. At-Tirmidzi 1862, shahih].

15. Perkataan Dusta dan Palsu.
Rasulullah saw bersabda: "Barangsiapa tidak meninggalkan perkataan palsu dan pelaksaannya, maka Allah tidak mempunyai kebutuhan untuk meninggalkan makanan dan minumannya." [HR. Al-Bukhari 4/16, 10/473].
Di dalam hadits ini terkandung dalil perkataan palsu dan pengamalannya dapat meleyapkan pahala puasa.

16. Memelihara Anjing, Kecuali Anjing Pelacak, Penunggu Tanaman atau Berburu.

Rasulullah saw bersabda: "Barangsiapa memelihara seekor anjing, maka pahala amalnya dikurangi setiap hari satu qirath (dalam riwayat lain: dua qirath) kecuali anjang untuk menjaga tanaman atau pun anjing pelacak." [HR. Al-Bukhari 6/360, Muslim 10, 240].

17. Wanita Yang Nusyuz, Hingga Kembali Menaati Suaminya.

Rasulullah saw bersabda: "Dua orang yang shalatnya tidak melebihi kepalanya, yaitu hamba sahaya yang lari dari tuannya hingga kembali lagi kepadanya dan wanita yang mendurhakai suaminya hingga kembali lagi."

18. Orang Yang Menjadi Imam Suatu Kaum dan Mereka Benci Kepadanya.

Rasulullah saw bersabda: "Tiga orang yang shalatnya tidak melebihi telinga mereka, yaitu hamba sahaya yang lari dari tuannya sehingga dia kembali yaitu hamba sahaya yang lari dari tuannya sehingga dia kembali, wanita yang semalaman suaminya dalam keadaan marah kepadanya, dan imam suatu kaum, sedang mereka benci kepadanya." [HR. At-Tirmidzi 360, shahih].

Ada kisah yang dinukil dari Manshur, dia berkata: "Kami pernah bertanya tentang masalah imam. Maka ada yang menjawab, "Yang dimaksud hadits ini adalah imam yang zhalim. Sedangkan imam yang menegakkan Sunnah, maka dosanya kembali kepada orang-orang yang membencinya."

19. Orang Muslim Mejauhi Saudaranya Sesama Muslim Tanpa Alasan Yang Dibenarkan Syariat.

Dari Abu Hurairah ra, seungguhnya Rasulullah saw bersabda: "Pintu-pintu surga dibuka pada hari Senin dan Kamis, lalu setiap hamba yang tidak menyekutukan sesuatu dengan Allah akan diampuni, kecuali seseorang yang antara dirinya dan saudaranya terdapat permusuhan. Lalu dikatakan: ‘Lihatlah dua orang ini hingga keduanya berdamai. Lihatlah dua orang ini hingga keduanya berdamai. Lihatlah dua orang ini hingga keduanya berdamai. Lihatlah dua orang ini hingga keduanya berdamai." [HR. Muslim 16/122, 123].

23 November 2011

GARIS HIDUP ANDA

Penulis: GedePrama

Angka-angka dalam tanggal lahir Anda menyimpan banyak makna.

Jumlahkan sampai menjadi satu angka, lalu lihat artinya? (misalnya Anda lahir tanggal 25 desember 1998, jumlahkan 25 + 12 + 1998 = 2 + 5 + 1 + 2 + 1 + 9 + 8 + 8 = 36 = 3 + 6 = 9)


Garis Hidup 1

Misi hidupnya adalah untuk bisa selalu independen. Ada dua bagian dalam proses mencapai hal ini: pertama, Anda harus belajar untuk berdiri di atas kedua kaki dan tidak tergantung pada orang lain. Kemudian setelah Anda benar-benar bebas dan independen, belajarlah untuk menjadi pemimpin.
Banyak jenderal, pemimpin perusahaan, dan politikus mempunyai angka "Garis Hidup" 1.
Orang-orang yang mempunyai angka garis hidup satu ini selalu mempunyai potensi yang hebat untuk menjadi pemimpin, tapi mereka bisa gagal bila menjadi pengikut. Banyak dari mereka yang menghabiskan sebagian besar berusaha melepaskan ketergantungan mereka pada orang lain, tapi ini justru menyisakan sedikit waktu bagi mereka untuk memperoleh kesenangan yang didapat dari keindependenan.

Orang dengan garis hidup 1 harus keluar dari lingkungan yang membuat mereka mudah untuk tergantung, dan sulit untuk independen. Mereka yang mempunyai angka garis hidup 1 penuh dengan inspirasi kreatif, dan memiliki antusiasme dan dorongan untuk mencapai banyak hal. Semangat dan potensi tersebut datang dari kedalaman kekuatan yang dimiliki.

Baik fisik maupun karakter. Dengan kekuatan ini, muncul kegigihan dan kemampuan untuk memimpin. Sebagai pemimpin alami, Anda mempunyai pengaruh untuk mengambil alih tiap situasi. Terlalu percaya diri dan tidak sabaran. Sangat orisinil, Anda berbakat sebagai seorang penemu atau inovator. Dalam tiap pekerjaan yang Anda pilih, sikap independen Anda akan terlihat. Anda memiliki keinginan-keinginan pribadi yang sangat kuat, dan Anda selalu merasa harus mengikuti keyakinan Anda sendiri.

Jika seseorang dengan angka garis hidup 1 ini belum berevolusi dengan baik, dan menunjukkan sisi negatifnya, justru yang tampak adalah sisi karakternya yang tergantung pada orang. Jika berada pada titik terburuknya, energi angka 1 ini bisa membuatnya menjadi egois.

Garis Hidup 2

Karakter positif dari mereka yang tanggal lahirnya berjumlah 2 adalah kepekaan yang umumnya memiliki kemampuan halus untuk bersikap adil dan seimbang. Anda bisa melihat banyak sudut pandang dalam tiap argumen atau situasi, dan karenanya orang-orang akan mencari Anda sebagai penengah.

Dalam peran ini, Anda mampu menyelesaikan berbagai perselisihan dengan cara yang berkelas.

Ada perhatian yang tulus terhadap orang lain, Anda berpikir yang terbaik tentang mereka, dan ingin yang terbaik bagi orang lain. Anda jujur dan terbuka dalam pikiran, ucapan maupun tindakan. Anda cenderung berhasil dalam segala kegiatan kelompok, tempat Anda mempraktekkan kemampuan untuk menggabungkan orang-orang dari bermacam-macam latar belakang.

Etiket dan diplomasi merupakan cara Anda berhubungan dengan orang setiap saat. Anda adalah manusia rutinitas yang merasa nyaman untuk selalu mengikuti kebiasaan lama. Hal-hal baru untuk dicoba bukanlah kesukaan Anda.

Tapi Anda adalah seorang master dalam berkompromi dan mempertahankan harmoni dalam lingkungan, tidak suka merendahkan diri untuk berargumen.
Seorang kolektor alami, dalam arti jarang membuang benda-benda yang (walaupun bagi orang lain sudah pasti dibuang) masih ada gunanya bagi Anda.

Sisi negatif angka garis hidup 2 ini tidak terlalu membawa masalah.
Halangan dan kesulitan terbesar yang bisa Anda temui adalah kepasifan dan suatu kondisi apatis dan kelambatan. Juga sikap pesimis dan bisa hanya sedikit hal-hal yang dicapainya. Tidak perlu dijelaskan lagi bahwa mereka dengan angka ini, jika sisi negatifnya yang lebih dominan, tidak cocok dalam dunia bisnis dan walau karakter positifnya menonjol sekalipun, mereka lebih suka dalam lingkungan yang akrab dan kurang kompetitif.

Garis Hidup 3

Bagi mereka yang jumlah angka hari lahirnya 3, ekspresi, sosialisasi, dan kreativitas sebagai pelajaran yang harus ditempuh dalam hidupnya.
Entertainer kelas dunia, orangorang yang berkilau dan optimistik termasuk di dalamnya. Orang-orang dengan garis hidup 3 yang telah mengasah bakatnya mempunyai bakat kreatif yang istimewa, biasanya dalam verbal, tulisan, akting, atau semacamnya. Misi yang harus dicapainya dalam hidup adalah kesuksesan dalam berekspresi. Sisi cerah bagi orang-orang ini bertema harmoni, keindahan dan kesenangan, serta membagi kemampuan kreatif Anda dengan dunia. Mengasah kemampuan Anda dalam ekspresi kreatif adalah misi tertinggi bagi angka garis hidup ini.

Karakter mereka hangat dan bersahabat, pembicara yang baik, social dan terbuka. Pembicara yang trampil dalam arti bukan hanya seseorang yang menyenangkan untuk didengar, tapi lebih penting lagi, seseorang yang mampu untuk mendengarkan. Mereka adalah individu-individu yang selalu diterima dengan baik dalam setiap situasi sosial, dan juga mengerti bagaimana membuat orang lain merasa diterima. Potensi imajinasi kreatif selalu ada, walaupun bisa berupa hal yang laten, karena mereka tidak selalu tergerak untuk mengembangkan potensi ini.

Sikapnya melihat kehidupan hampir selalu positif, dan pembawaannya riang dan terbuka. Anda bisa menghadapi banyak halangan dalam hidup dengan efektif dan langsung kembali bersemangat. Anda mempunyai tata krama yang baik dan tampaknya cukup peka akan perasaan dan emosi orang lain.
Hidup dijalani sepenuhnya, seringkali tanpa kekhawatiran akan hari esok.

Anda tidak terlalu pandai menangani perihal keuangan karena tidak menganggap penting hal itu. Uang akan dibelanjakan saat Anda punya, dan tidak dikeluarkan saat Anda tidak ada uang.

Sisi negatifnya, sikap mereka dalam hidup bisa sangat ringan sampai membuatnya jadi superfisial. Kemampuan Anda seringkali tersebar dan jadi kehilangan fokus. Mereka dengan angka garis hidup 3 ini adalah teka-teki, dan Anda seringkali berganti mood dan cenderung menghindar. Sulit bagi Anda untuk menetap di satu tempat. Jaga agar tidak selalu mengkritik orang, tidak sabaran, ataupun terlalu optimistik.

Garis hidup 3 ini memberikan kemampuan di atas rata-rata dalam seni. Baik melukis, disain interior, lansekap, menulis, musik, teater, ataupun mampu seluruhnya. Anda selalu gembira, penuh inspirasi, dan selalu mencari stimulasi dari orang-orang yang sealiran. Sifat Anda yang ramai itu mendukung Anda untuk bisa melesat, apalagi jika Anda mampu memfokuskan energi dan talenta Anda pada minat yang tepat.

Garis Hidup 4

Bila jumlah angka dalam ulang tahun Anda 4, berarti Anda bisa dipercaya, praktis, dan membumi. Anda adalah anggota masyarakat yang bisa diandalkan. Misi dalam hidup adalah belajar untuk mendapat perintah-perintah atau tugas dan melaksanakannya dengan dedikasi dan keuletan.

Anda selalu mengharap banyak dari diri sendiri sama seperti Anda mengharap banyak dari orang lain. Sebagai organisator dan perencana yang hebat karena kemampuan Anda melihat persoalan dengan cara praktis, Anda mempunyai kemauan kuat yang seringkali disalahtafsirkan sebagai sifat keras kepala. Sekali sebuah keputusan dibuat, akan langsung dilanjutkan sampai mencapai konklusi, walaupun itu salah, benar, ataupun netral. Pola pikir Anda tidak mudah untuk berubah dan begitu yakin dalam cara Anda menangani persoalan. Cara Anda yang ulet dalam mencapai tujuan hampir seperti obsesi. Setia dan mengabdi, Anda merupakan pasangan ideal dalam kehidupan perkawinan dan juga partner bisnis yang bisa diandalkan. Mungkin tidak banyak teman-teman Anda, tapi sangat erat dan sekali bersahabat biasanya sepanjang hidup.

Garis hidup 4 ini berhubungan dengan elemen bumi yang memberikan kekuatan dan perasaan realistis. Jika kesabaran dan kegigihan merupakan sifat Anda sehari-hari, maka kesuksesan besar akan didapatkan dalam hidup. Sisi negatif dari 4 ini adalah sikap yang terlalu dogmatis, berpandangan sempit, dan represif atau tidak fleksibel terhadap gagasan baru. Anda tidak suka pada orang-orang yang superfisial, dan Anda sendiri terlalu terbuka dengan semua perasaan Anda. 4 yang negatif punya kecenderungan buruk untuk terlibat terlalu dalam dengan rutinitas sehari-hari dan sering kurang tanggap dengan hal-hal yang lebih luas sehingga tidak jarang kehilangan banyak kesempatan besar yang sekali-sekali datang.

Garis Hidup 5

Minat dan kemampuannya banyak, petualang, dan progresif adalah beberapa gambaran bagi mereka yang angka garis hidupnya 5. Sebaliknya dari 4, Anda tidak menyukai rutinitas, sehingga pekerjaan sehari-hari yang harus langsung diselesaikan bukan untuk Anda. Selalu berusaha mencari jawaban bagi misteri kehidupan, Anda ingin selalu bebas, independen, dan tidak ada ikatan. Orang-orang dengan garis hidup 5 ini adalah komunikator hebat, dan tahu bagaimana memotivasi orang lain. Hal ini membuat Anda guru yang baik. Cinta akan petualangan merupakan tema hidup Anda.

Bisa dalam bentuk nyata ataupun hanya dalam pikiran. Apapun itu, Anda selalu antusias untuk mengeksplorasi hal-hal baru. Banyak potensi Anda, tapi tidak mempunyai arah. Juga seringkali tidak jelas akan keinginan Anda sendiri. Energi yang ada dalam angka garis hidup 5 ini, jika digunakan secara salah menjadikan Anda tidak mempunyai rasa tanggung jawab dalam tugas maupun pengambilan keputusan dalam kehidupan rumah tangga maupun bisnis. Kesukaan pada sensasi dan petualangan bisa menjadikan diri Anda mengutamakan kepuasan diri dan tidak peka pada perasaan orang-orang di sekitar Anda. Bagi mereka yang berada di titik ekstrim negatif, angka garis hidup 5 ini sangat tidak bisa diandalkan dan menomorsatukan diri sendiri. Bagi sebagian besar, kepribadian ini sangat hedonis, suka bersenang-senang, hidup untuk hari ini, dan tidak mau memikirkan esok hari. Penting bagi Anda untuk bergaul dengan orang yang mempunyai selera dan pola pikir yang tidak jauh berbeda, serta hindari orang-orang serius dan banyak menuntut. Juga penting untuk memilih pekerjaan yang menantang pikiran Anda dan bukannya tugas-tugas yang rutin. Karir terbaik adalah yang berurusan dengan banyak orang, tapi yang terpenting adalah Anda harus punya kebebasan untuk mengekspresikan diri Anda setiap saat.

Garis Hidup 6

Sangat berbeda dengan nomer 5, karakter garis hidup 6 yang paling menonjol adalah rasa tanggung jawab yang besar. Anda idealis, dan bahagia jika berguna bagi orang lain. Sumbangan terbesar yang Anda berikan dalam kehidupan ini adalah memberikan advis, pelayanan dan dukungan.
Garis hidup ini temanya adalah kepemimpinan karena kemampuannya dalam memberi teladan dan kesediaan untuk bertanggung jawab. Hal ini menjadikan Anda selalu bersedia menanggung beban kelompok dan siap untuk menolong.

Anda seringkali terdorong untuk bertindak dengan kekuatan dan belas kasihan. Anda simpatik, dan senang berbagi dengan orang lain, baik membantu dalam hal mental maupun materi. Kebijaksanaan, keseimbangan, dan pengertian adalah beberapa karakter Anda. Kemampuan Anda memahami masalah orang lain, dan ini sudah menjadi karakter Anda sejak kecil, sehingga tidak ada masalah dalam berhubungan dengan orang tua maupun muda. Anda bersedia untuk mengeluarkan tenaga lebih dari yang diminta, dan selalu bisa diandalkan oleh keluarga. Realistis memandang hidup, bagi Anda yang terpenting dalam hidup adalah rumah, keluarga dan teman-teman. Tentu ada sisi negatif pada tiap orang, bagi garis hidup 6 ini, Anda harus menghindari kecenderungan terlalu banyak menerima tanggung jawab dan diperbudak oleh orang lain. Selain itu, hindari terlalu banyak mengkritik diri sendiri maupun kepada orang lain). Jika karakter buruknya terpupuk, maka ada kecenderungan untuk berlebih-lebihan, dan merasa paling benar sendiri, walaupun tidak selalu berkembang seperti ini. Juga harus dihindari, memaksakan pendapat sendiri dan mengurusi masalah orang lain.

Karena selalu merasa harus bertanggung jawab, maka beban yang dibawanya akan terasa sangat berat, walaupun begitu, jika sekali-sekali Anda terpaksa tidak merasa bertanggung jawab, Anda akan sangat merasa bersalah dan akan memberi dampak yang merusak bagi hubungan dengan orang lain.

Garis Hidup 7

Mereka yang angka garis hidupnya 7, berjiwa damai dan penyayang, tapi analitis dan tidak terlalu terbuka. Kekuatan hebat dalam diri Anda terlihat pada dalamnya cara berpikir, Anda selalu mengumpulkan pengetahuan baru dalam setiap hal yang Anda temukan. Seorang intelektual, ilmiah, dan selalu mencari ilmu, Anda tidak akan menerima begitu saja sebuah pandangan tanpa mengetesnya dan memperoleh konklusi sendiri. Angka ini juga bersifat spiritual dan sejak kecil sudah menunjukkan kebijaksanaan. Anda butuh ketenangan agar bisa mengenali isi hati Anda.
Keramaian, banyak orang, bukan hal yang disukai. Dalam bekerja, Anda akan mengerjakannya sampai selesai, karena Anda seorang perfeksionis yang mengharapkan tiap orang memenuhi standar performa yang tinggi. Anda mengevaluasi situasi dengan cepat dan benar.
Pengalaman-pengalaman dan intuisi memandu Anda dalam bertindak. Anda tidak mudah percaya pada saran orang lain. Memang dugaan-dugaan Anda seringkali tepat, dan karena Anda tahu benar akan hal ini, Anda selalu mengikutinya. Mudah bagi Anda untuk mengetahui adanya kebohongan dan Anda bisa mengenali mana orang-orang yang jujur, mana yang tidak. Tidak banyak teman Anda, tapi sekali Anda menerima seseorang sebagai teman, itu untuk seumur hidup. Anda sama sekali bukan seseorang yang senang berkumpul dengan orang banyak, dan sikap Anda yang tertutup dianggap sebagai mengambil jarak. Itu tidak benar sama sekali, Anda memang senang menyendiri, jauh dari segala keramaian kehidupan modern. Dalam banyak hal, Anda lebih cocok hidup di jaman yang jauh sebelum masa sekarang. Jika energi angka 7 dalam garis hidup ini digunakan secara negatif, Anda menjadi seorang pesimis, tidak pedulian, mudah berselisih, dan penuh rahasia. Bila individu ini tidak menjalani hidup dengan benar dan tidak belajar dari pengalaman, Ia menjadi sebuah pribadi yang sulit karena tidak bisa memikirkan kepentingan orang lain. Kepribadian garis hidup 7 ini egois dan manja.
Jika Anda merasa memiliki sifat-sifat ini, sulit untuk menghapusnya dengan mudah karena Anda merasa bahwa sudah seharusnya dunia selalu memperlakukan Anda dengan baik. Untungnya, sifat negatif 7 ini bukanlah karakter yang umum. Emosi angka ini seringkali ekstrim, berada di titik rendah pada satu saat, kemudian tinggi di saat berikutnya. Jarang stabil.

Garis Hidup 8

Fokus Anda adalah mendapatkan kepuasan yang didapat dari dunia kebendaan. Garis Hidup 8 adalah orang-orang yang percaya diri, kuat, serta sukses dalam materi. Anda independen, penuh dorongan dan kompetitif.

Rutinitas Anda sehari-hari meliputi hubungan-hubungan bisnis, praktis dan membumi, sedikit sekali waktu untuk impian-impian dan khayalan. Bila ambisi, kemampuan organisasi, dan pendekatan Anda yang efisien itu terasah, tidak ada hal yang tidak bisa Anda capai.
Fokus Anda kebanyakan mengenai uang dan kekuatan manipulasi yang ada di dalamnya. Garis hidup 8 ini mungkin yang paling menganggap penting status dan kelas, sebagai suatu hal yang berdampingan dengan kesuksesan materi.

Jika karakter 8 ini berkembang dengan benar, Anda diberkahi dengan potensi hebat untuk menciptakan gagasan-gagasan yang maju, serta juga keuletan dan kemandirian untuk merealisasikannya.

Singkatnya, dengan semua karakter itu Anda sangat siap untuk berkompetisi dalam dunia bisnis atau area lain yang bersifat pertandingan. Anda tahu benar bagaimana mengelola diri dan lingkungan Anda. Praktis dan stabil dalam usaha mencapai tujuan-tujuan, Anda punya keyakinan yang membuat Anda berani Sifat negatif mereka dengan garis hidup 8 kadang-kadang bisa seperti diktator dan seringkali menahan antusiasme dan usaha dari teman- teman di lingkungannya. Juga, kuatnya kepribadian tersebut malah membuat berkurangnya perasaan dekat Anda terhadap orang-orang sekitar.

Keuntungan materi dan penghargaan menjadi hal paling penting, sehingga keluarga, rumah, dan kedamaian hati justru terabaikan. Perasaan emosional sering ditekan dalam diri garis hidup 8 yang negatif. Hal ini menimbulkan rasa terasing dan kesendirian. Anda harus mencoba untuk selalu menghargai pendapat orang lain.

Garis Hidup 9

Sifat-sifat utama mereka yang angka garis hidupnya 9 adalah: rasa kasih pada sesama dan sikap yang sangat humanis. Ini adalah misi yang harus Anda pelajari dalam hidup. Biasanya angka ini menghasilkan individu yang sangat dipercaya dan pribadi terhormat, juga seorang individu yang tidak punya sifat rasialis dalam bentuk apapun. Tentu saja, semua ini terlihat seperti daftar sifat yang terlalu sempurna, tapi Anda memang seseorang yang berperasaan peka bagi mereka yang kurang beruntung dibandingkan diri Anda. Dan jika Anda ada dalam posisi yang bisa membantu, akan Anda lakukan. Anda sangat peka dan memandang sekitar diri Anda dengan rasa kasih. Anda dengan angka garis hidup yang tertinggi ini berada pada posisi kehidupan yang tinggi dan dengan sendirinya mempunyai banyak tanggung jawab. Tujuan hidup garis hidup 9 ini bersifat filosofis. Hakim, pemimpin spiritual, penyembuh dan pendidik, seringkali mempunyai energi 9 ini. Keuntungan materi tidak terlalu penting, walaupun kualitas kepribadian beberapa dari Anda sedemikian istimewanya sehingga menghasilkan penghargaan secara materi yang luar biasa. Untuk kebaikan banyak orang, Anda seringkali harus bersikap tidak mengutamakan diri sendiri dan melepaskan hal-hal kebendaan. Bahkan orang-orang bergaris hidup 9 yang tidak terlalu istimewa saja memiliki pribadi yang sangat berbelas kasih. Keinginan untuk menolong orang, khususnya yang bermasalah dan kurang beruntung, sangat kuat. Kebaikan Anda juga sering disalahgunakan dan Anda juga tidak jarang dikecewakan oleh orang lain.

Pemahaman Anda yang dalam terhadap kehidupan terkadang terealisasi dalam bentuk seni dan literatur. Dengan garis hidup ini Anda sanggup mengekspresikan perasaan emosi terdalam dengan melukis, menulis, musik, atau bentuk seni yang lain. Tapi sering juga ada kesulitan untuk menemukan media yang tepat sebagai jalan hidup Anda. Profesi menolong dan menyembuhkan adalah pilihan yang tepat bagi mereka dengan angka garis hidup 9. Anda kurang tepat untuk berada dalam lingkungan bisnis yang kompetitif. Anda punya kemampuan untuk berteman dengan mudah, karena orang-orang tertarik pada kepribadian Anda yang terbuka dan seperti magnet. Anda diberi berkah oleh Tuhan berbentuk kemampuan untuk memahami orang, yang jika digunakan dengan benar bisa sangat bermanfaat bagi orang lain. Perhatian pada orang lain membuat diri Anda sangat sosial.

Orang-orang dengan mudahnya menyukai mereka dengan angka garis hidup 9 karena Anda simpatik, toleran dan berwawasan luas. Anda seorang romantis dan dalam cinta dan gairah, bagaikan tersesat di jalan yang benar.
Membina hubungan justru sulit bagi Anda, karena tidak mudah untuk mendapatkan keseimbangan yang paling tepat. Kalau pasangan sama seperti Anda, yaitu mempunyai sifat memberi, maka hubungan tersebut akan bahagia dan bertahan, tapi sulit secara materi. Di lain sisi, bila Anda memilih individu yang membumi dan mementingkan materi, masalah akan timbul.

Seperti halnya dengan angka garis hidup lain, nomer 9 mempunyai sisi negatifnya. Walaupun tentu orang-orang yang cenderung ke titik negatif 9 lebih sedikit dari yang karakter positifnya besar. Biasa bagi mereka untuk menentang arus realitas dan tantangan yang ada di dalamnya.

Mungkin sulit bagi Anda dengan 9 yang negatif, untuk percaya bahwa sifat memberi serta tidak adanya ambisi pribadi bisa sangat membahagiakan. Harus disadari dan diterima bahwa kepuasan dan kebahagiaan-kebahagiaan kecil jangka panjang bisa diperoleh dengan mengasah sifat manusiawi yang alami dalam garis hidup ini.

KETIKA LAKI-LAKI BERBOHONG

Selamat merenungi...

Seorang penjual minyak goreng keliling seperti biasa menjajakan dagangannya di tepian Sungai Citarum.
"Nyak nyak minyaaaaaaaaaaaaak", teriaknya.
Di jalanan menurun tiba-tiba gerobaknya yang penuh dengan
botol minyak tergelincir ke Sungai Citarum. Plung ... lap ...
tenggelam deh ceritanya ...

Huuuuu ... huuuu .... menangislah dia ....

"Harus kuberi makan apa istriku nanti ... huuu..."
Tiba-tiba ... seorang Malaikat yang baik hati muncul dan bertanya :
"HaiBAJURI ... kenapa gerangankah sehingga engkau menangis begitu ?"
Ternyata ... namanya BAJURI ... tahu juga ya itu Malaikat ....
"Oh, Malaikat ... gerobak minyak goreng saya tergelincir ke sungai ...
""Baiklah ... aku akan ambilkan untukmu ..."
Tiba-tiba Malaikat itu menghilang dan muncul lagi dengan sebuah kereta kencana dari emas, penuh dengan botol dari intan ...
"Inikah punyamu?" tanya Malaikat ...
"Bukan ... gerobakku tidak sebagus itu ... mana mungkin penghasilan saya yang 6 juta sebulan bisa beli kereta kencana? Itu pun sudah ditambah komisipenjualan yang cuma sedikit"
Malaikat itu pun menghilang lagi dan muncul dengan sebuah kereta perakdengan botol dari perunggu.
"Inikah punyamu?" tanyanya lagi.
"Bukan, hai Malaikat yang baik ... Punyaku cuma dari besi biasa ...botolnya juga botol biasa ..."
Lalu Malaikat itu pergi lagi ... dan kali ini kembali dengan gerobak dan botol Si BAJURI.
"Inikah punyamu?"
"Alhamdulillah ... benar ya Malaikat. Terima kasih sekali engkau telahmengambilkannya untukku"
Malaikat berkata", Engkau jujur sekali, ya BAJURI. Untuk itu sebagai hadiah... aku berikan semua kereta dan botol tadi untukmu ... "????????
Alhamdulillah .... terima kasih ya Allah ... terima kasih yaMalaikat ..."Sebulan kemudian, BAJURI rafting bersama istrinya di sungai yang sama ... Naas tak dapat ditolak, malang tak bisa dihindari ...
Perahu karetnya terbalik dan istrinya hanyut ...
"Huuuuuuuuuuuuuuuuuu.... huuuuuuuuuuu ....... istriku ... di mana engkau....", isaknya ... Tiba-tiba Malaikat pun muncul lagi ...
"Kenapa lagi engkau, ya BAJURI ?
""Istri saya hanyut dan tenggelam di sungai, hai Malaikat ...""Ohhh ... tenang ... aku ambilkan ..." Plash ... Malaikat itu menghilang dan tiba-tiba muncul kembali sambilmembawa Nafa Urbach ... yang ada tato mawar di perutnya ...
"Inikah istrimu?" tanya Malaikat ..."Betul, Malaikat ... dialah istriku ..."
"Haaaaaa .... BAJURI!!!" Malaikat membentak marah. "Sejak kapan kamu
berani bohong? Di manakah kejujuran kamu sekarang?" Sambil bergetar dan berjongkok ... BAJURI berkata : "Ya, Malaikat ...
kalau aku jujur ... nanti engkau menghilang lagi dan membawa Bella Saphira ...kalau kubilang lagi bukan ... maka engkau akan menghilang lagi dan membawa lagi istriku yang sebenarnya ... Lalu ... engkau akan bilang bahwa akujujur sekali ... dan engkau akan memberikan ketiga-tiganya kepadaku... Buat membiayai hidup Nafa saja aku bingung gimana caranya ... apalagi tiga-tiganya??? "
Malaikat pun termangu dan bengong .... "Benar juga kamu ... kamu realistis..."

Hubungan Pria & Wanita

Penulis: Ustadz Muhammad Arifin Badri

6. Hubungan Pria & Wanita

Sebagaimana telah diketahui bersama, bahwa Allah Ta’ala telah menciptakan manusia ini dalam dua jenis, pria dan wanita. Dan sebagaimana telah diketahui pula bahwa kaum pria pasti membutuhkan kepada kaum wanita, bahkan tidaklah akan sempurna kepriaan/kejantananan kaum pria kecuali dengan adanya wanita yang menjadi pasangan hidupnya. Begitu juga kaum wanita, mereka pasti membutuhkan kepada kaum pria, dan kewanitaannya tidaklah akan sempurna melainkan dengan adanya seorang pria yang menjadi pasangan hidupnya. Mereka saling membutuhkan, saling melengkapi, dan saling memenuhi kebutuhan pasangannya.

Maha suci Allah Yang telah menjadikan kelemahan masing-masing jenis sebagai simbul kesempurnaannya bagi pasangannya. Kaum pria memiliki kelemahan dalam banyak hal, misalnya ia tidak dapat mengandung, kurang sabar mengatur dan merawat anak dan rumah, kurang bisa berdandan, bersuara keras dan kasar, kurang bisa lemah lembut, akan tetapi kekurangan-kekurangannya ini merupakan kesempurnaan bagi wanita yang menjadi pasangannya. Sehingga bila ada pria yang lemah lembut, bersuara merdu, jalannya melenggak-lenggok, suka memasak, senantiasa berdandan biasanya dikatakan sebagai pria yang kurang normal, atau yang sering disebut dengan waria. Begitu juga sebaliknya, kaum wanita memiliki kelemahan berupa, tidak perkasa, bersuara lantang/lantang, kurang bisa tegas, mudah takut, selalu datang bulan, kurang gesit, dan seterusnya. Akan tetapi berbagai kekurangannya ini merupakan kesempurnaan bagi pria yang menjadi pasangannya, sehingga bila ada wanita yang berpenampilan perkasa, bersuara keras, dan tidak suka berdandang maka biasanya disebut dengan tomboy.

Walau demikian, syari’at Al Qur’an tidaklah membiarkan mereka berpasangan bebas, dan dengan cara apapun. Sebab, yang diciptakan dalam keadaan berpasang-pasang semacam ini bukan hanya manusia, tetapi ada mahluk-mahluk lain yang diciptakan demikian juga, misalnya binatang. Binatang juga diciptakan dalam keadaan berpasang-pasang, jantan dan betina, dan mereka saling berpasangan pula.

Oleh karena itu, syari’at Al Qur’an mengatur hubungan antara pria dan wanita dengan syari’at yang dapat menjaga martabat mereka sebagai mahluk yang mulia dan membedakan hubungan sesama mereka dari hubungan binatang sesama binatang. Manusia adalah mahluk yang telah dimuliakan oleh Allah di atas mahluk-mahluk selain mereka, oleh karena itu hendaknya kita sebagai manusia menjaga kehormatan ini dengan cara menjalankan syari’at Al Qur’an yang telah menetapkan kehormatan kita tersebut:

وَلَقَدْ كَرَّمْنَا بَنِي آدَمَ وَحَمَلْنَاهُمْ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ وَرَزَقْنَاهُم مِّنَ الطَّيِّبَاتِ وَفَضَّلْنَاهُمْ عَلَى كَثِيرٍ مِّمَّنْ خَلَقْنَا تَفْضِيلاً

“Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut mereka di daratan dan di lautan, Kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan.” (QS. Al Isra’: 70)

Syari’at Al Qur’an hanya membenarkan dua cara bagi manusia untuk menjalin hubungan dengan lawan jenisnya:

A. Cara perbudakan

Cara ini hanya dapat dilakukan melalui peperangan antara umat Islam melawan orang-orang kafir, dan bila kaum muslimin berhasil menawan sebagian dari mereka, baik lelaki atau wanita, maka pemimpin umat Islam berhak untuk memperbudak mereka, dan juga berhak untuk meminta tebusan atau membebaskan mereka tanpa syarat.

B. Pernikahan

Hanya dengan dua cara inilah manusia dibenarkan untuk menjalin hubungan dengna pasangannya. dan hanya dengan dua cara inilah tujuan disyari’atkannya hubungan dengan lawan jenis akan dapat dicapai dengan baik. Oleh karena itu Allah Ta’ala berfirman dalam Al Qur’an,

وَمِنْ آيَاتِهِ أَنْ خَلَقَ لَكُم مِّنْ أَنفُسِكُمْ أَزْوَاجًا لِّتَسْكُنُوا إِلَيْهَا وَجَعَلَ بَيْنَكُم مَّوَدَّةً وَرَحْمَةً إِنَّ فِي ذَلِكَ لَآيَاتٍ لِّقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ

“Dan diantara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu menyatu dan merasa tentram kepadanya. Dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir.” (QS. Ar Rum: 21)

Dan Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam menjelaskan akan syari’at yang mengatur hubungan antara lawan jenis ini dengan sabdanya,

لم ير للمتحابين مثل النكاح

“Tidaklah pernah didapatkan suatu hal yang berguna bagi doa orang yang saling mencintai serupa dengan pernikahan.” (HR. Ibnu Majah, Al Hakim, Al Baihaqi dan dishahihkan oleh Al Albani)

Adapun berbagai hubungan selain cara ini, maka tidaklah dibenarkan dalam syari’at Al Qur’an, oleh karena itu Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

لا يَخْلُوَنَّ رجلٌ بامرأةٍ إِلاَّ ومعها ذو محرم

“Janganlah sekali-kali seorang lelaki menyendiri dengan seorang wanita, kecuali bila wanita itu ditemani oleh lelaki mahramnya.” (Muttafaqun ‘alaih)

Pada hadits lain Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam menjelaskan alasan larangan ini,

لا يخلون أحدكم بامرأة فإن الشيطان ثالثهما

“Janganlah salah seorang dari kamu berduaan dengan seorang wanita, karena setanlah yang akan menjadi orang ketiganya.” (HR. Ahmad, At Tirmizi, An Nasa’i dan dishahihkan oleh Al Albani)

Bukan hanya syari’at Al Qur’an yang mencela berbagai hubungan lawan jenis diluar pernikahan, bahkan masyarakat kitapun dengan tegas mencela hubungan tersebut, sampai-sampai mereka menyamakan hubungan tersebut dengan hubungan yang dilakukan oleh mahluk selain manusia, yaitu binatang. Mereka menjuluki hubungan di luar pernikahan dengan sebutan “kumpul kebo”. Julukan ini benar adanya, sebab yang membedakan antara hubungan lawan jenis yang dilakukan oleh binatang dan yang dilakukan oleh manusia ialah syari’at pernikahan. Dan pernikahan dalam syari’at Al Qur’an harus melalui proses dan memenuhi kriteria tertentu, sehingga bila suatu hubungan tidak memenuhi kriteria tersebut, maka tidaklah ada bedanya hubungan tersebut dengan hubungan yang dilakukan oleh binatang.

Indahnya Islam

– Tingkat pembahasan: Dasar

Penulis: Syaikh Masyhur bin Hasan Alu Salman hafizhahullah

Tema keindahan Islam sangat luas, panjang lebar sulit untuk diringkas dengan bilangan waktu yang tersisa. Sebelumnya, yang perlu kita ketahui adalah firman Allah.

إِنَّ الدِّينَ عِندَ اللّهِ الإِسْلاَمُ

“Sesungguhnya agama (yang diridhai) di sisi Allah hanyalah Islam.” (QS. Ali Imran: 19)

Juga firmanNya.

وَمَن يَبْتَغِ غَيْرَ الإِسْلاَمِ دِيناً فَلَن يُقْبَلَ مِنْهُ

“Barang siapa yang mencari selain Islam sebagai agama, maka tidak akan diterima.” (QS. Ali Imran: 85)

Jadi, agama yang dibawa oleh para nabi dan menjadi sebab Allah mengutus para rasul adalah dienul Islam. Allah mengutus para rasul untuk mengajak agar orang kembali kepada Allah. Para rasul datang untuk memperkenalkan Allah. Barang siapa menaati mereka, maka para rasul akan memberikan kabar gembira kepadanya. Adapun orang yang menentangnya, maka para rasul akan menjadi peringatan baginya. Para rasul diperintahkan untuk menegakkan agama di dunia ini.

Allah berfirman.

شَرَعَ لَكُم مِّنَ الدِّينِ مَا وَصَّى بِهِ نُوحاً وَالَّذِي أَوْحَيْنَا إِلَيْكَ وَمَا وَصَّيْنَا بِهِ إِبْرَاهِيمَ وَمُوسَى وَعِيسَى أَنْ أَقِيمُوا الدِّينَ وَلَا تَتَفَرَّقُوا فِيهِ كَبُرَ عَلَى الْمُشْرِكِينَ مَا تَدْعُوهُمْ إِلَيْهِ اللَّهُ يَجْتَبِي إِلَيْهِ مَن يَشَاءُ وَيَهْدِي إِلَيْهِ مَن يُنِيبُ

“Dia telah mensyariatkan bagi kamu tentang agama apa yang telah diwasiatkan kepada Nuh dan apa yang telah Kami wahyukan kepadamu dan apa yang telah Kami wasiatkan kepada Ibrahim, Musa dan Isa, yaitu ‘Tegakkan agama dan janganlah kamu berpecah belah tentangnya.’ Amat berat bagi orang-orang musyrik agama yang kamu seru kepadanya. Allah menarik kepada agama itu orang yang dikehendakiNya dan memberi petunjuk kepada (agama)Nya orang yang kembali (kepada)Nya.” (QS. Asy-Syura: 13)

Islam adalah agama yang dipilih Allah untuk makhluk-Nya. Agama yang dibawa Nabi merupakan agama yang paripurna. Allah tidak akan menerima agama selainnya. Jadi agama ini adalah agama penutup, yang dicintai dan diridhaiNya.

Allah berfirman.

يَجْتَبِي إِلَيْهِ مَن يَشَاءُ وَيَهْدِي إِلَيْهِ مَن يُنِيبُ

“Allah menarik kepada agama itu orang yang dikehendakiNya dan memberi petunjuk kepada (agama)Nya orang yang kembali (kepada)Nya.” (QS. Asy-Syura: 42)

Sebagian ahli ilmu mengatakan, Sebelumnya aku mengira bahwa orang yang bertaubat kepada Allah, maka Allah akan menerima taubatnya. Dan orang yang meridhoi Allah, niscaya Allah akan meridhoinya. Dan barang siapa yang mencintai Allah, niscaya Allah akan mencintainya. Setelah aku membaca Kitabulloh, aku baru mengetahui bahwa kecintaan Allah mendahului kecintaan hamba padaNya dengan dasar ayat.

يُحِبُّهُمْ وَيُحِبُّونَهُ

“Dia mencintai mereka dan mereka mencitaiNya.” (QS. Al Maaidah: 54)

Ridha Allah kepada hambaNya mendahului ridha hamba kepadaNya dengan dasar ayat.

رَّضِيَ اللّهُ عَنْهُمْ وَرَضُواْ عَنْهُ

“Allah meridhoi mereka dan mereka meridhoinya.” (QS. At-Taubah: 100)

Dan aku mengetahui bahwa penerimaan taubat dari Allah, mendahului taubat seorang hamba kepada-Nya dengan dasar ayat.

ثُمَّ تَابَ عَلَيْهِمْ لِيَتُوبُواْ إِنَّ

“Allah menerima taubat mereka agar mereka tetap dalam taubatnya.” (QS At-Taubah: 118)

Demikianlah, bila Allah mencintai seorang manusia, maka Dia akan melapangkan dadanya untuk Islam. Dalam Shahihain, dari Abu Hurairah, ia berkata, Rasulullah bersabda. “Demi Zat yang jiwaku berada di tangan-Nya. Tidak ada seorang Yahudi dan Nasrani yang mendengarku dan tidak beriman kepadaku, kecuali surga akan haram buat dirinya.” (Hadits Riwayat Muslim)

Karena itu, agama yang diterima Allah adalah Islam. Umat Islam harus menjadikannya sebagai kendaraan. Persatuan harus bertumpu pada tauhid dan syahadatain. Islam agama Allah. Kekuatannya terletak pada Islam itu sendiri. Allah menjamin penjagaan terhadapnya.

Allah berfirman.

إِنَّا نَحْنُ نَزَّلْنَا الذِّكْرَ وَإِنَّا لَهُ لَحَافِظُونَ

“Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Quran dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya.” (QS. Al-Hijr: 9)

Sedangkan agama selainnya, jaminan ada di tangan tokoh-tokoh agamanya.

Allah berfirman.

بِمَا اسْتُحْفِظُواْ مِن كِتَابِ اللّهِ

“Disebabkan mereka diperintahkan memelihara kitab-kitab.” (QS. Al Maaidah: 44)

Kalau mereka tidak menjaganya, maka akan berubah. Ia bagaikan sesuatu yang mati. Harus digotong. Tidak dapat menyebar, kecuali dengan dorongan sekian banyak materi. Sedangkan Islam pasti tetap akan terjaga. Karena itu, masa depan ada di tangan Islam. Islam pasti menyebar ke seantero dunia. Allah telah menjelaskannya dalam Al Quran, demikian juga Nabi dalam Sunnahnya. Kesempatan kali ini cukup sempit, tidak memungkinkan untuk menyebutkan seluruh dalil. Tapi saya ingin mengutip sebuah ayat.

مَن كَانَ يَظُنُّ أَن لَّن يَنصُرَهُ اللَّهُ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ فَلْيَمْدُدْ بِسَبَبٍ إِلَى السَّمَاء ثُمَّ لِيَقْطَعْ فَلْيَنظُرْ هَلْ يُذْهِبَنَّ كَيْدُهُ مَا يَغِيظُ

“Barang siapa yang menyangka bahwa Allah sekali-kali tidak menolongnya (Muhammad) di dunia dan akhirat, maka hendaklah ia merentangkan tali ke langit, kemudian hendaklah ia melaluinya kemudian hendaklah ia pikirkan apakah tipu dayanya itu dapat melenyapkan apa yang menyakitkan hatinya.” (QS. Al-Hajj: 15)

Dalam Musnad Imam Ahmad dari sahabat Abdulloh bin Amr, kami bertanya kepada Nabi, “Kota manakah yang akan pertama kali ditaklukkan? Konstantinopel (di Turki) atau Rumiyyah (Roma)?” Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Konstantinopel-lah yang akan ditaklukkan pertama kali, kemudian disusul Rumiyyah.” Yaitu Roma yang terletak di Italia. Islam pasti akan meluas di seluruh penjuru dunia. Pasalnya, Islam bagaikan pohon besar yang hidup lagi kuat, akarnya menyebar sepanjang sejarah semenjak Nabi Adam hingga Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Islam adalah agama (yang sesuai dengan) fitrah. Kalau anda ditanya, bagaimana engkau mengetahui Robb-mu. Jangan engkau jawab, “dengan akalku,” tapi jawablah, “dengan fitrahku.” Oleh karena itu, ketika ada seorang atheis yang mendatangi Abu Hanifah dan meminta dalil bahwa Allah adalah Haq (benar), maka beliau menjawab dengan dalil fitrah. “Apakah engkau pernah naik kapal dan ombak mempermainkan kapalmu?” Ia menjawab, “Pernah.” (Abu Hanifah bertanya lagi), “Apakah engkau merasa akan tenggelam?” Jawabnya, “Ya.” “Apakah engkau meyakini ada kekuatan yang akan menyelamatkanmu?” “Ya,” jawabnya. “Itulah fitrah yang telah diciptakan dalam dirimu. Kekuatan ada dalam dirimu itulah kekuatan fitrah Allah. Manusia mengenal Allah dengan fitrahnya. Fitrah ini terkandung dalam dada setiap insan. Dasarnya hadits Muttafaq ‘Alaih. Nabi bersabda: “Setiap bayi dilahirkan dalam keadaan fitrah. Kedua orang tuanyalah yang menjadikannya Yahudi, Nashrani atau Majusi.”

Akal itu sendiri bisa mengetahui bahwa Allah adalah Al-Haq. Namun ia secara mandiri tidak akan mampu mengetahui apa yang dicintai dan diridhoi Allah. Apakah mungkin akal semata saja dapat mengetahui bahwa Allah mencintai sholat lima waktu, haji, puasa di bulan tertentu? Karena itu, fitrah itu perlu dipupuk dengan gizi yang berasal dari wahyu yang diwahyukan kepada para nabi-Nya.

Sekali lagi, nikmat dan anugerah paling besar yang diterima seorang hamba dari Allah ialah bahwa Allah-lah yang memberikan jaminan untuk menetapkan syariat-Nya. Dialah yang menjelaskan apa yang dicintai dan diridhaiNya. Inilah nikmat terbesar dari Allah kepada hamba-Nya. Bila ada orang yang beranggapan ada kebaikan dengan keluar dari garis ini dan mengikuti hawa nafsunya, maka ia telah keliru. Sebab kebaikan yang hakiki dalam kehidupan ini maupun kehidupan nanti hanyalah dengan menaati seluruh yang datang dari Kitab Allah dan Sunnah Rasul-Nya.

Syariat Islam datang untuk menjaga lima perkara. Allah telah mensyariatkan banyak hal untuk menegaskan penjagaan ini. Islam datang untuk menjaga agama. Karena itu, Allah mengharamkan syirik, baik yang berupa thawaf di kuburan, istighatsah kepada orang yang dikubur serta segala hal yang bisa menjerumuskan ke dalam syirik, dan mengharamkan untuk mengarahkan ibadah, apapun bentuknya, (baik) secara zahir maupun batin kepada selain Allah. Oleh sebab itu, kita harus memahami makna ringkas syahadatain yang kita ucapkan.

Syahadat “Laa Ilaaha Illa Allah”, maknanya: tidak ada sesembahan yang berhak disembah kecuali Allah, ibadah hanya milik Allah. Ini bagian dari pesona agama kita. Allah mengharamkan akal, hati dan fitrah untuk melakukan peribadatan dan istijabah (ketaatan mutlak) kepada selain-Nya. Sedangkan makna syahadat “Wa asyhadu anna Muhammadar Rasulullah”, (yakni) tidak ada orang yang berhak diikuti kecuali Muhammad Rasulullah. Kita tidak boleh mengikuti rasio, tradisi atau kelompok jika menyalahi Kitab Allah dan Sunnah Rasulullah. Maka seorang muslim, di samping tidak beribadah kecuali kepada Allah, juga tidak mengikuti ajaran kecuali ajaran Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Ia tidak mengikuti ra’yu keluarga, ra’yu kelompok, ra’yu jama’ah, ra’yu tradisi dan lain-lain jika menyalahi Al Quran dan Sunnah.

Dakwah Salafiyah yang kita dakwahkan ini adalah dinullah yang suci dan murni, yang diturunkan oleh Allah pada kalbu Nabi. Jadi dalam berdakwah, kita tidak mengajak orang untuk mengikuti kelompok ataupun individu. Tetapi mengajak untuk kembali kepada Al Quran dan Sunnah. Namun, memang telah timbul dakhon (kekeruhan) dan tumbuh bid’ah. Sehingga kita harus menguasai ilmu syar’i. Kita beramal (dengan) meneladani ungkapan Imam Malik, dan ini, juga perkataan Imam Syafi’i, “Setiap orang bisa diambil perkataannya atau ditolak, kecuali pemilik kubur ini, yaitu Rasulullah.”

Telah saya singgung di atas, agama datang untuk menjaga lima perkara. Penjagaan agama dengan mengharamkan syirik dan segala sesuatu yang menimbulkan akses ke sana. Kemudian penjagaan terhadap badan dengan mengharamkan pembunuhan dan gangguan kepada orang lain. Juga datang untuk memelihara akal dengan mengharamkan khamar, minuman keras, candu dan rokok. Datang untuk menjaga kehormatan dengan mengharamkan zina, percampuran nasab dan ikhtilath (pergaulan bebas). Juga menjaga harta dengan mengharamkan perbuatan tabdzir (pemborosan) dan gaya hidup hedonisme. Penjagaan terhadap kelima perkara ini termasuk bagian dari indahnya agama kita. Syariat telah datang untuk memerintahkan penjagaan terhadap semua ini. Dan masih banyak perkara yang digariskan Islam, namun tidak mungkin kita paparkan sekarang.

Syariat telah merangkum seluruh amal shahih mulai dari syahadat hingga menyingkirkan gangguan dari jalan. Karena itu tolonglah jawab, kalau menyingkirkan gangguan dari jalan termasuk bagian dari keimanan, bagaimana mungkin agama memerintahkan untuk mengganggu orang lain, melakukan pembunuhan dan peledakan? Jadi, ini sebenarnya sebuah intervensi pemikiran asing atas agama kita. Semoga Allah memberkahi waktu kita, dan mengaruniakan kepada kita pemahaman terhadap Kitabullah dan Sunnah Nabi dengan lurus. Dan semoga Allah memberi tambahan karunia-Nya kepada kita. Akhirnya, kami ucapkan Alhamdulillah Rabbil ‘Alamin.

[Diambil dari situs almanhaj.or.id yang disalin dari Majalah As-Sunnah Edisi 11/Tahun VIII/1425H/2005M rubrik Liputan Khusus yang diangkat dari ceramah Syaikh Masyhur bin Hasan Alu Salman Tanggal 5 Desember 2004 di Masjid Istiqlal Jakarta]

Cepatlah Sebelum Terlambat !!!

Penulis: Abu Muslih Ari Wahyudi
Murajaah: Ust Abu Saad

Alloh subhanahu wa ta’ala berfirman:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا تُوبُوا إِلَى اللَّهِ تَوْبَةً نَّصُوحاً عَسَى رَبُّكُمْ أَن يُكَفِّرَ عَنكُمْ سَيِّئَاتِكُمْ وَيُدْخِلَكُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِن تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ يَوْمَ لَا يُخْزِي اللَّهُ النَّبِيَّ وَالَّذِينَ آمَنُوا مَعَهُ نُورُهُمْ يَسْعَى بَيْنَ أَيْدِيهِمْ وَبِأَيْمَانِهِمْ يَقُولُونَ رَبَّنَا أَتْمِمْ لَنَا نُورَنَا وَاغْفِرْ لَنَا إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ

“Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Alloh dengan taubatan nasuhaa (taubat yang semurni-murninya). Mudah-mudahan Robb-mu akan menutupi kesalahan-kesalahanmu dan memasukkanmu ke dalam jannah (surga) yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, pada hari ketika Alloh tidak menghinakan nabi dan orang-orang mukmin yang bersama dia; sedang cahaya mereka memancar di hadapan dan di sebelah kanan mereka, sambil mereka mengatakan: ‘Ya Robb kami, sempurnakanlah bagi kami cahaya kami dan ampunilah Kami; Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu.’” (QS. At Tahriim: 8)

Hari demi hari berlalu, dosa demi dosa kita perbuat, kemaksiatan demi kemaksiatan menorehkan luka menganga dan noda-noda hitam di dalam hati kita, Maha Suci Alloh !! Seolah-olah tidak ada hari kebangkitan, seolah-olah tidak ada hari pembalasan, seolah-olah tidak ada Zat yang maha melihat segala perbuatan dan segala yang terbesit di dalam benak pikiran, di gelapnya malam apalagi di waktu terangnya siang, innalloha bikulli syai’in ‘aliim (Sesungguhnya Alloh, mengetahui segala sesuatu).

Allohumma, betapa zalimnya diri ini, bergelimang dosa dan mengaku diri sebagai hamba, hamba macam apakah ini? yang tidak malu berbuat maksiat terang-terangan di hadapan pandangan Robb ‘azza wa jalla, wahai jiwa… kenalilah kehinaan dirimu, sadarilah keagungan Robb yang telah menciptakan dan memberikan nikmat tak berhingga kepadamu, ingatlah pedihnya siksa yang menantimu jika engkau tidak segera bertaubat.

Cepatlah kembali tunduk kepada Ar Rahman, sebelum terlambat. Karena apabila ajal telah datang maka tidak ada seorang pun yang bisa mengundurkannya barang sekejap ataupun menyegerakannya, ketika maut itu datang… beribu-ribu penyesalan akan menghantui dan bencana besar ada di hadapan; siksa kubur yang meremukkan dan gejolak membara api neraka yang menghanguskan kulit-kulit manusia, subhaanalloh, innalloha syadiidul ‘iqaab (sesungguhnya Alloh, hukuman-Nya sangat keras). Padahal tidak ada satu jiwa pun yang tahu di bumi mana dia akan mati, kapan waktunya, bisa jadi seminggu lagi atau bahkan beberapa detik lagi, siapa yang tahu? Bangkitlah segera dari lumpur dosa dan songsonglah pahala, dengan sungguh-sungguh bertaubat kepada Robb tabaaraka wa ta’ala.

Hakikat dan Kedudukan Taubat

Imam Nawawi rohimahulloh berkata, “Para ulama mengatakan: Taubat itu wajib dilakukan untuk setiap dosa yang diperbuat.” (Syarah Riyadhu Shalihin, I/56). Beliau juga berkata, “(Taubat) itu memiliki tiga rukun: meninggalkannya, menyesal atas perbuatan maksiatnya itu, dan bertekad kuat untuk tidak mengulanginya selama-lamanya. Apabila maksiat itu berkaitan dengan hak manusia, maka ada rukun keempat yaitu membebaskan diri dari tanggungannya kepada orang yang dilanggar haknya. Pokok dari taubat adalah penyesalan, dan (penyesalan) itulah rukunnya yang terbesar.” (Syarah Shahih Muslim, IX/12).

Beliau rohimahulloh juga mengatakan, “…Mereka (para ulama) telah sepakat bahwa taubat dari segala maksiat (hukumnya) wajib, dan (mereka juga sepakat) taubat itu wajib dilakukan dengan segera dan tidak boleh ditunda-tunda, sama saja apakah maksiat itu termasuk dosa kecil atau dosa besar. Taubat merupakan salah satu prinsip agung di dalam agama Islam dan kaidah yang sangat ditekankan di dalamnya…” (Syarah Shahih Muslim, IX/12).

Syaikh Muhammad bin Shalih Al ‘Utsaimin rohimahulloh berkata, “Taubat secara bahasa artinya kembali, adapun menurut syariat taubat artinya kembali dari mengerjakan maksiat kepada Alloh ta’ala menuju ketaatan kepada-Nya. Taubat yang terbesar dan paling wajib adalah bertaubat dari kekufuran menuju keimanan. Alloh ta’ala berfirman,

قُل لِلَّذِينَ كَفَرُواْ إِن يَنتَهُواْ يُغَفَرْ لَهُم مَّا قَدْ سَلَفَ وَإِنْ يَعُودُواْ فَقَدْ مَضَتْ سُنَّةُ الأَوَّلِينِ

“Katakanlah kepada orang-orang yang kafir itu: Jika mereka berhenti (dari kekafirannya), niscaya Alloh akan mengampuni mereka tentang dosa-dosa mereka yang sudah lalu.” (QS. Al Anfaal: 38). Kemudian tingkatan berikutnya adalah bertaubat dari dosa-dosa besar, kemudian diikuti dengan tingkatan ketiga yaitu bertaubat dari dosa-dosa kecil.” (Syarah Riyadhu Shalihin, I/56).

Al Quran Memerintahkanmu Bertaubat

Alloh ta’ala berfirman,

وَتُوبُوا إِلَى اللَّهِ جَمِيعاً أَيُّهَا الْمُؤْمِنُونَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ

“Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Alloh, Hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung.” (QS. An Nuur: 31)

Syaikh Abdur-Rahman bin Nashir as-Sa’di rohimahulloh mengatakan setelah menyebutkan penggalan ayat “Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Alloh, Hai orang-orang yang beriman.” : Sebab seorang mukmin itu, (memiliki) keimanan yang menyerunya untuk bertaubat, kemudian (Alloh) mengaitkan taubat itu dengan keberuntungan, Alloh berfirman (yang artinya): “Supaya kamu beruntung” maka tidak ada jalan menuju keberuntungan kecuali dengan taubat, yaitu kembali dari segala sesuatu yang dibenci Alloh, lahir maupun batin, menuju segala yang dicintai-Nya, lahir maupun batin. Dan ini menunjukkan bahwasanya setiap mukmin itu membutuhkan taubat, sebab Alloh menujukan seruan-Nya kepada seluruh orang yang beriman. Dan di dalam (penggalan ayat) ini juga terkandung dorongan untuk mengikhlaskan taubat, yaitu dalam firman-Nya (yang artinya) “Dan bertaubatlah kepada Alloh” artinya: bukan untuk meraih tujuan selain mengharapkan wajah-Nya, seperti karena ingin terbebas dari bencana duniawi atau karena riya dan sum’ah, atau tujuan-tujuan rusak yang lainnya.” (Taisir Karim ar-Rahman, hal. 567).

Imam Ibnu Katsir rohimahulloh mengatakan: “Sesungguhnya keberuntungan yang sebenarnya berada pada (ketundukan) melaksanakan apa yang diperintahkan Alloh dan Rosul-Nya, serta dengan meninggalkan apa yang dilarang oleh keduanya, Wallohu ta’ala huwal musta’aan (Dan Alloh-lah satu-satunya tempat meminta pertolongan).” (Tafsir al-Qur’an al-‘Azhim, V/403).

As Sunnah Memerintahkanmu Bertaubat

Dari Abu Hurairoh rodhiallohu ‘anhu dia berkata, Aku pernah mendengar Rosululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda (yang artinya), “Demi Alloh, sesungguhnya aku meminta ampun/beristighfar kepada Alloh dan bertaubat kepada-Nya dalam sehari lebih banyak dari 70 kali.” (HR. Bukhari, dinukil dari Syarah Riyadhu Shalihin, I/64)

Dari Al Agharr bin Yasar Al Muzanni rodhiallohu ‘anhu, dia berkata: Rosululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda (yang artinya), “Wahai manusia, bertaubatlah kepada Alloh dan minta ampunlah kepada-Nya, sesungguhnya aku ini bertaubat 100 kali dalam sehari.” (HR. Muslim, dinukil dari Syarah Riyadhu Shalihin, I/64).

Syaikh Muhammad bin Shalih Al ‘Utsaimin rohimahulloh mengatakan, “Di dalam dua hadits ini terdapat dalil kewajiban bertaubat, karena Nabi shollallohu ‘alaihi wa sallam memerintahkannya, beliau bersabda (yang artinya), “Wahai manusia, bertaubatlah kepada Alloh” sehingga apabila seorang insan bertaubat kepada Robbnya maka dengan sebab taubat itu akan diperoleh dua faedah:

Faidah pertama: Melaksanakan perintah Alloh dan Rosul-Nya. Sedangkan dengan melaksanakan perintah Alloh dan Rosul-Nya (itulah) terkandung segala kebaikan. Di atas (kepatuhan) melaksanakan perintah Alloh dan Rosul-Nya itulah terdapat poros dan sumber kebahagiaan dunia dan akhirat.

Faidah kedua: Meneladani Rosulullah shollallohu ‘alaihi wa sallam, di mana beliau itu senantiasa bertaubat kepada Alloh dalam sehari sebanyak 100 kali, yakni dengan mengucapkan: Atuubu ilalloh, atuubu ilalloh (aku bertaubat kepada Alloh),…dst.” (Syarah Riyadhu Shalihin, I/65).

Beliau rohimahulloh juga berkata, “Dan di dalam kedua hadits ini terdapat dalil yang menunjukkan bahwa Nabi kita Muhammad shollallohu ‘alaihi wa sallam adalah orang yang paling taat beribadah kepada Alloh, dan memang demikianlah sifat beliau. Beliau itu adalah orang yang paling takut kepada Alloh di antara kita, beliau orang paling bertakwa kepada Alloh di antara kita, dan beliau adalah orang paling berilmu tentang Alloh di antara kita, semoga sholawat dan keselamatan dari-Nya senantiasa tercurah kepada beliau. Dan di dalamnya juga terdapat dalil yang menunjukkan bahwa beliau ‘alaihis sholatu wassalam adalah sosok pengajar kebaikan dengan ucapannya dan dengan perbuatannya. Beliau senantiasa beristigfar kepada Alloh dan menyuruh orang-orang agar beristigfar, sehingga mereka pun bisa meniru beliau, demi melaksanakan perintahnya dan mengikuti perbuatannya. Ini merupakan bagian dari kesempurnaan nasihat yang beliau berikan kepada umatnya, shalawatullahi wa salamuhu ‘alaihi. Maka sudah semestinya kita juga meniru beliau, apabila kita memerintahkan sesuatu maka hendaknya kita adalah orang pertama yang melaksanakan perintah ini. Dan apabila kita melarang sesuatu hendaknya kita juga menjadi orang pertama yang meninggalkannya, sebab inilah sebenarnya hakikat da’i ilalloh (penyeru kepada agama Alloh), bahkan inilah hakikat dakwah ilalloh ‘azza wa jalla, anda lakukan apa yang anda perintahkan dan anda tinggalkan apa yang anda larang, sebagaimana Rosul shollallohu ‘alaihi wa sallam memerintahkan kita bertaubat dan beliau ‘alaihi shalatu wa sallam juga bertaubat (bahkan) lebih banyak daripada kita. Kita mohon kepada Alloh untuk menerima taubat kami dan anda sekalian, serta semoga Dia memberi petunjuk kepada kami dan anda sekalian menuju jalan yang lurus. Wallohul muwaffiq (Alloh lah pemberi taufiq).” (Syarah Riyadhu Shalihin, I/66).

Syarat-Syarat Diterimanya Taubat

Syaikh Muhammad bin Shalih Al ‘Utsaimin rohimahulloh menyebutkan lima buah syarat yang harus dipenuhi agar taubat diterima, beliau berkata:

Syarat pertama: Ikhlas untuk Alloh, yaitu orang (yang bertaubat) hendaknya mengharapkan wajah Alloh ‘azza wa jalla dengan taubatnya itu dan berharap supaya Alloh menerima taubatnya serta mengampuni maksiat yang telah dilakukannya, dengan taubatnya itu ia tidak bermaksud riya di hadapan manusia atau demi mendapatkan kedekatan dengan mereka, dan bukan juga semata-mata demi menyelamatkan diri dari gangguan penguasa dan pemerintah kepadanya. Tapi dia bertaubat hanya demi mengharapkan wajah Alloh dan pahala di negeri akhirat dan supaya Alloh memaafkan dosa-dosanya.

Syarat kedua: Menyesali perbuatan maksiat yang telah dilakukannya, sebab perasaan menyesal dalam diri seorang manusia itulah yang membuktikan dia benar/jujur dalam bertaubat, ini artinya dia menyesali apa yang telah diperbuatnya dan merasa sangat sedih karenanya, dan dia memandang tidak ada jalan keluar darinya sampai dia (benar-benar) bertaubat kepada Alloh dari dosanya.

Syarat ketiga: Meninggalkan dosa yang dilakukannya itu, ini termasuk syarat terpenting untuk diterimanya taubat. Meninggalkan dosa itu maksudnya: apabila dosa yang dilakukan adalah karena meninggalkan kewajiban, maka meninggalkannya ialah dengan cara mengerjakan kewajiban yang ditinggalkannya itu, seperti contohnya: ada seseorang yang tidak membayar zakat, lalu dia ingin bertaubat kepada Alloh maka dia harus mengeluarkan zakat yang dahulu belum dibayarkannya. Apabila ada seseorang yang dahulu meremehkan berbakti kepada kedua orang tua (kemudian ingin bertaubat) maka dia harus berbakti dengan baik kepada kedua orang tuanya. Apabila dia dahulu meremehkan silaturahim maka kini dia wajib menyambung silaturahim. Apabila maksiat itu terjadi dalam bentuk mengerjakan keharaman maka dia wajib bersegera meninggalkannya, dia tidak boleh meneruskannya walaupun barang sekejap. Apabila misalnya ternyata dia termasuk orang yang memakan harta riba maka wajib baginya melepaskan diri dari riba dengan cara meninggalkannya dan menjauhkan diri darinya dan dia harus menyingkirkan harta yang sudah diperolehnya dengan cara riba. Apabila maksiat itu berupa penipuan dan dusta kepada manusia dan mengkhianati amanat maka dia harus meninggalkannya, dan apabila dia telah meraup harta dengan cara haram ini maka dia wajib mengembalikan harta itu kepada pemiliknya atau meminta penghalalan kepadanya.

Apabila maksiat itu berupa ghibah/menggunjing maka dia wajib meninggalkan gunjingan terhadap manusia dan meninggalkan pembicaraan yang menjatuhkan kehormatan-kehormatan mereka. Adapun apabila dia mengatakan “Saya sudah bertaubat kepada Alloh”, akan tetapi ternyata dia masih terus meninggalkan kewajiban atau masih meneruskan perbuatan yang diharamkan, maka taubat ini tidaklah diterima. Bahkan taubat seperti ini sebenarnya seolah-olah merupakan tindak pelecehan terhadap Alloh ‘azza wa jalla, bagaimana engkau bertaubat kepada Alloh ‘azza wa jalla sementara engkau masih terus bermaksiat kepada-Nya?!

Dalam kondisi bagaimanapun setiap insan harus meninggalkan dosa yang dia sudah bertaubat darinya, apabila dia tidak meninggalkannya maka taubatnya tertolak dan tidak akan bermanfaat baginya di sisi Alloh ‘azza wa jalla. Meninggalkan dosa itu bisa berkaitan dengan hak Alloh ‘azza wa jalla, maka yang demikian itu cukuplah bagimu bertaubat antara dirimu dengan Robb-mu saja, kami berpendapat tidak semestinya atau bahkan tidak boleh anda ceritakan kepada manusia perbuatan haram atau meninggalkan kewajiban yang pernah anda kerjakan. Hal itu karena dosa ini hanya terjadi antara dirimu dengan Alloh. Apabila Alloh sudah memberimu karunia dengan tertutupnya dosamu (dari pengetahuan manusia) dan menutupi dosamu sehingga tidak tampak di mata manusia, maka janganlah anda ceritakan kepada siapa pun apa yang sudah anda lakukan jika anda telah bertaubat kepada Alloh. Nabi shollallohu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda, “Seluruh umatku akan dimaafkan, kecuali orang-orang yang berbuat dosa secara terang-terangan” dan termasuk terang-terangan dalam berbuat dosa ialah seperti yang diceritakan di dalam hadits, “Seseorang melakukan dosa lalu pada pagi harinya dia menceritakannya kepada manusia, dia katakan, ‘Aku telah melakukan demikian dan demikian…’.”

Walaupun memang ada sebagian ulama yang mengatakan: Apabila seseorang telah melakukan suatu dosa yang terdapat hukum had padanya maka tidak mengapa dia pergi kepada imam/pemerintah yang berhak menegakkan hudud seperti kepada Amir/khalifah dan dia laporkan bahwa dia telah melakukan dosa anu dan ingin membersihkan diri dari dosa itu, meskipun ada yang berpendapat begitu maka sikap yang lebih utama adalah menutupi dosanya dalam dirinya sendiri.

Artinya dia tetap diperbolehkan menemui pemerintah apabila telah melakukan suatu maksiat yang ada hukum had padanya seperti contohnya zina, lalu dia laporkan, ‘kalau dia telah berbuat demikian dan demikian’ dalam rangka meminta penegakan hukum had kepadanya sebab had itu merupakan penebus/kaffarah atas dosa tersebut.

Adapun kemaksiatan-kemaksiatan yang lain maka tutupilah cukup di dalam dirimu, sebagaimana Alloh telah menutupinya, demikian pula zina dan yang semacamnya tutuplah di dalam dirimu (kecuali jika ditujukan untuk melapor kepada pemerintah) janganlah engkau membuka kejelekan dirimu. Dengan catatan selama engkau benar-benar bertaubat kepada Alloh atas dosamu maka selama itu pula Alloh menerima taubat dari hamba-hambaNya dan memaafkan banyak perbuatan dosa…

Adapun syarat keempat adalah: Bertekad kuat tidak mau mengulangi perbuatan ini di masa berikutnya. Apabila engkau tetap memiliki niat untuk masih mengulanginya ketika terbuka kesempatan bagimu untuk melakukannya, maka sesungguhnya taubat itu tidak sah. Contohnya: ada seseorang yang dahulu menggunakan harta untuk bermaksiat kepada Alloh -wal ‘iyaadzu billah-: yaitu dengan membeli minuman-minuman yang memabukkan, dia melancong ke berbagai negeri demi melakukan perzinaan –wal ‘iyaadzu billah- dan untuk bermabuk-mabukan!! Lalu dia pun tertimpa kemiskinan (hartanya habis) dan mengatakan: “Ya Alloh sesungguhnya aku bertaubat kepadamu” padahal sebenarnya dia itu dusta, di dalam niatnya masih tersimpan keinginan apabila urusan (harta) nya sudah pulih seperti kondisi semula maka dia akan melakukan perbuatan dosanya yang semula.

Ini adalah taubat yang bobrok, engkau (mengaku) bertaubat atau tidak bertaubat (sama saja) karena engkau bukanlah termasuk orang yang mampu bermaksiat (ini yang tertulis di kitab aslinya, tapi mungkin maksudnya adalah engkau bukan termasuk orang yang serius meninggalkan maksiat, wallohu a’lam -pent), sebab memang ada sebagian orang yang tertimpa pailit lalu mengatakan “Aku telah meninggalkan dosa-dosaku” tetapi di dalam hatinya berbisik keinginan kalau hartanya yang lenyap sudah kembali maka dia akan kembali melakukan maksiat itu untuk kedua kalinya, maka ini adalah taubat yang tidak diterima.

Syarat kelima: Engkau berada di waktu taubat masih bisa diterima, apabila ada seseorang yang bertaubat di waktu taubat sudah tidak bisa diterima lagi maka saat itu taubat tidak lagi bermanfaat. Hal itu ada dua macam: Macam yang pertama dilihat dari sisi keadaan setiap manusia. Macam kedua dilihat dari sisi keumuman.

Adapun ditinjau dari sudut pandang pertama, maka taubat itu harus sudah dilakukan sebelum datangnya ajal (yakni kematian) sehingga apabila ia terjadi setelah ajal menjemput maka ia tidak akan bermanfaat bagi orang yang bertaubat itu, ini berdasarkan firman Alloh subhanahu wa ta’ala,

وَلَيْسَتِ التَّوْبَةُ لِلَّذِينَ يَعْمَلُونَ السَّيِّئَاتِ حَتَّى إِذَا حَضَرَ أَحَدَهُمُ الْمَوْتُ قَالَ إِنِّي تُبْتُ الآنَ

“Dan tidaklah Taubat itu diterima Alloh dari orang-orang yang mengerjakan kejahatan (yang) hingga apabila datang ajal kepada seseorang di antara mereka, (barulah) ia mengatakan: ‘Sesungguhnya saya bertaubat sekarang.’” (QS. An Nisaa’: 18), mereka itu sudah tidak ada lagi taubat baginya.

Dan Alloh ta’ala berfirman:

فَلَمَّا رَأَوْا بَأْسَنَا قَالُوا آمَنَّا بِاللَّهِ وَحْدَهُ وَكَفَرْنَا بِمَا كُنَّا بِهِ مُشْرِكِينَ فَلَمْ يَكُ يَنفَعُهُمْ إِيمَانُهُمْ لَمَّا رَأَوْا بَأْسَنَا سُنَّتَ اللَّهِ الَّتِي قَدْ خَلَتْ فِي عِبَادِهِ وَخَسِرَ هُنَالِكَ الْكَافِرُونَ

“Maka tatkala mereka melihat azab kami, mereka berkata: ‘Kami beriman Hanya kepada Alloh saja, dan kami kafir kepada sembahan-sembahan yang Telah kami persekutukan dengan Alloh.’ Maka iman mereka tiada berguna bagi mereka tatkala mereka Telah melihat siksa kami. Itulah sunnah Alloh yang Telah berlaku terhadap hamba-hamba-Nya. dan di waktu itu binasalah orang-orang kafir.” (QS. Al Mu’min: 84-85)

Maka seorang insan apabila sudah berhadapan dengan maut dan ajal sudah mendatanginya ini berarti ia sudah hampir terputus dari kehidupannya maka taubatnya itu tidak berada pada tempat yang semestinya! Sesudah dia berputus asa untuk bisa hidup lagi dan mengetahui dia tidak bisa hidup untuk seterusnya maka dia pun baru mau bertaubat! Ini adalah taubat di saat terjepit, maka tidaklah itu bermanfaat baginya, dan tidak akan diterima taubatnya, sebab seharusnya taubat itu dilakukannya sejak dahulu (ketika masih hidup normal, bukan di ambang ajal -pent).

Macam yang kedua: yaitu dilihat dari sudut pandang keadaan umum (seluruh manusia -pent), sesungguhnya Rosul shollallohu ‘alaihi wa sallam telah mengabarkan bahwa, “Hijrah (berpindah dari negeri kafir menuju negeri muslim -pent) tidak akan pernah terputus hingga terputusnya (kesempatan) taubat, dan (kesempatan) taubat itu tidak akan terputus hingga matahari terbit dari sebelah barat.” Sehingga apabila matahari sudah terbit dari sebelah barat, maka di saat itu taubat sudah tidak bermanfaat lagi bagi siapa pun. Alloh subhanahu wa ta’ala berfirman,

يَوْمَ يَأْتِي بَعْضُ آيَاتِ رَبِّكَ لاَ يَنفَعُ نَفْساً إِيمَانُهَا لَمْ تَكُنْ آمَنَتْ مِن قَبْلُ أَوْ كَسَبَتْ فِي إِيمَانِهَا خَيْراً قُلِ انتَظِرُواْ إِنَّا مُنتَظِرُونَ

“Pada hari datangnya sebagian ayat dari Tuhanmu, tidaklah bermanfaat lagi iman seseorang kepada dirinya sendiri yang belum beriman sebelum itu, atau dia (belum) mengusahakan kebaikan dalam masa imannya. Katakanlah: ‘Tunggulah olehmu Sesungguhnya kamipun menunggu (pula).’” (QS. Al An’aam: 158). Sebagian ayat yang dimaksud di sini adalah terbitnya matahari dari arah barat sebagaimana hal itu telah ditafsirkan sendiri oleh Nabi shollallohu ‘alaihi wa sallam.

Dengan demikian maka taubat itu hanya akan diterima di saat mana taubat masih bisa diterima, jika tidak berada dalam kondisi seperti itu maka sudah tidak ada (kesempatan) taubat lagi bagi manusia.” (Syarah Riyadhu Shalihin, I/57-61 dengan diringkas).

Sambutlah Surga Dengan Taubatan Nasuha

Alloh ta’ala menjanjikan balasan yang sangat agung bagi mereka yang bertaubat kepada-Nya dengan taubatan nasuha. Alloh ta’ala berfirman,

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا تُوبُوا إِلَى اللَّهِ تَوْبَةً نَّصُوحاً عَسَى رَبُّكُمْ أَن يُكَفِّرَ عَنكُمْ سَيِّئَاتِكُمْ وَيُدْخِلَكُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِن تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ يَوْمَ لَا يُخْزِي اللَّهُ النَّبِيَّ وَالَّذِينَ آمَنُوا مَعَهُ نُورُهُمْ يَسْعَى بَيْنَ أَيْدِيهِمْ وَبِأَيْمَانِهِمْ يَقُولُونَ رَبَّنَا أَتْمِمْ لَنَا نُورَنَا وَاغْفِرْ لَنَا إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ

“Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Alloh dengan taubatan nasuhaa (taubat yang semurni-murninya). Mudah-mudahan Robb-mu akan menutupi kesalahan-kesalahanmu dan memasukkanmu ke dalam jannah yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, pada hari ketika Alloh tidak menghinakan nabi dan orang-orang mukmin yang bersama Dia; sedang cahaya mereka memancar di hadapan dan di sebelah kanan mereka, sambil mereka mengatakan: ‘Ya Robb kami, sempurnakanlah bagi kami cahaya kami dan ampunilah Kami; Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu.’” (QS. At Tahriim: 8)

Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa’di rohimahulloh berkata tentang makna taubatan nasuha, “Yang dimaksud dengannya adalah taubat yang umum yang meliputi seluruh dosa, taubat yang dijanjikan hamba kepada Alloh, dia tidak menginginkan apa-apa kecuali wajah Alloh dan kedekatan kepada-Nya, dan dia terus berpegang teguh dengan taubatnya itu dalam semua kondisinya.” (Taisir Karim ar-Rahman, hal. 874).

Ibnu Jarir berkata dengan membawakan sanadnya sampai Nu’man bin Basyir, beliau (Nu’man) pernah mendengar ‘Umar bin Khaththab berkata (membaca ayat):

ا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا تُوبُوا إِلَى اللَّهِ تَوْبَةً نَّصُوحا

“Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Alloh dengan taubatan nasuhaa (taubat yang semurni-murninya).”

Beliau (Umar) berkata: “(yaitu orang) yang berbuat dosa kemudian tidak mengulanginya.”

Ats Tsauri mengatakan: “Dari Samak dari Nu’man dari ‘Umar, beliau pernah berkata: ‘Taubat yang murni adalah (seseorang) bertaubat dari dosanya kemudian dia tidak mengulanginya dan tidak menyimpan keinginan untuk mengulanginya.’” Abul Ahwash dan yang lainnya mengatakan, dari Samak dari Nu’man: “Bahwa Umar pernah ditanya tentang (makna) taubatan nasuha, maka beliau menjawab: ‘Seseorang bertaubat dari perbuatan buruknya kemudian tidak mengulanginya lagi untuk selama-lamanya.’” (Lihat Tafsir al-Qur’an al-‘Azhim karya Imam Ibnu Katsir, VI/134).

Ibnu Abi Hatim mengatakan dengan membawakan sanadnya sampai ‘Ubay bin Ka’ab, beliau (Ubay) berkata, “Diceritakan kepada kami (para sahabat) berbagai perkara yang akan terjadi di akhir umat ini ketika mendekati waktu terjadinya hari kiamat, di antara kejadian itu adalah: seorang lelaki yang menikahi istri atau budaknya di duburnya, dan hal itu termasuk perbuatan yang diharamkan Alloh dan Rosul-Nya, yang dimurkai oleh Alloh dan Rosul-Nya, dan di antaranya juga seorang lelaki yang menikahi lelaki, dan hal itu termasuk perbuatan yang diharamkan Alloh dan Rosul-Nya yang dimurkai oleh Alloh dan Rosul-Nya, dan di antaranya lagi seorang perempuan yang menikahi perempuan, dan hal itu termasuk perbuatan yang diharamkan Alloh dan Rosul-Nya, yang dimurkai oleh Alloh dan Rosul-Nya, dan bagi mereka itu semua tidak ada sholat selama mereka tetap mengerjakan dosa-dosa ini sampai mereka bertaubat kepada Alloh dengan taubatan nasuha.” (Lihat Tafsir al-Qur’an al-‘Azhim, VI/135).

Sebab-Sebab Meraih Ampunan

Alloh ta’ala berfirman,

وَإِنِّي لَغَفَّارٌ لِّمَن تَابَ وَآمَنَ وَعَمِلَ صَالِحاً ثُمَّ اهْتَدَى

“Dan Sesungguhnya Aku Maha Pengampun bagi orang yang bertaubat, beriman, beramal saleh, Kemudian tetap di jalan yang benar.” (QS. Thahaa: 82)

Syaikh Abdur-Rahman bin Nashir as-Sa’di rohimahulloh menyebutkan ada 4 sebab yang akan memudahkan hamba meraih ampunan dari Alloh, beliau mengatakan setelah menyebutkan ayat di atas, “Dengan ayat ini Alloh telah merinci sebab-sebab yang bisa ditempuh untuk menggapai maghfirah/ampunan dari Alloh.

Yang pertama taubat, yaitu kembali dari segala yang dibenci Alloh; baik lahir maupun batin, menuju segala yang dicintai-Nya; baik lahir maupun batin, taubat itulah yang akan menutupi dosa-dosa yang pernah dilakukan sebelumnya; yang kecil maupun yang besar.

Kedua, iman, yaitu pengakuan dan pembenaran yang kokoh dan menyeluruh terhadap semua berita yang disampaikan Alloh dan Rosul-Nya, yang menuntut berbagai amalan hati, kemudian harus diikuti dengan amalan anggota badan. Dan tidak perlu diragukan lagi bahwa keimanan kepada Alloh, malaikat-Nya, kitab-kitabNya, para rosul-Nya dan hari akhir yang tidak disertai keraguan di dalam hati merupakan landasan pokok ketaatan, bagian terbesar darinya bahkan (iman itulah) yang menjadi asasnya. Dan tak perlu disangsikan lagi bahwa hal itu akan mampu menolak berbagai keburukan sesuai kadar kekuatan imannya, iman (seseorang) akan bisa menolak dosa yang belum terjadi dengan menahan dirinya dari terjatuh ke dalamnya, dan bisa menolak dosa yang sudah terlanjur terjadi dengan cara melakukan apa yang bisa meniadakannya dan menjaga hatinya dari ajakan meneruskan perbuatan dosa, karena sesungguhnya orang yang beriman itu di dalam relung hatinya terdapat keimanan dan cahayanya yang tidak akan mau menyatu dengan kemaksiatan-kemaksiatan.

Ketiga amal shalih, ini mencakup amalan hati, amalan anggota badan dan ucapan lisan, dan kebaikan-kebaikan (hasanaat) itulah yang akan menghilangkan keburukan-keburukan (sayyi’aat).

Keempat konsisten (terus menerus) berada di atas keimanan dan hidayah serta terus berupaya meningkatkannya, barang siapa menyempurnakan keempat sebab ini maka berilah berita gembira kepadanya dengan maghfirah dari Alloh yang menyeluruh dan sempurna. Oleh sebab inilah Alloh menggunakan bentuk sifat mubalaghah (kata yang menunjukkan makna sangat berlebihan –pent), Alloh berfirman,

وَإِنِّي لَغَفَّارٌ

“Sesungguhnya Aku Maha pengampun (Ghaffaar).” (Thahaa : 82)….”

(Dinukil dengan sedikit penyesuaian dari Taisir Lathif al-Mannan fi Khulashati Tafsir al-Qur’an, hal. 263-264).

رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنفُسَنَا وَإِن لَّمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ

“Ya Tuhan kami, kami telah menganiaya diri kami sendiri, dan jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya Pastilah kami termasuk orang-orang yang merugi.” (QS. Al A’raaf: 23)

Ikhtitam

Kepada semua orang yang pernah berjasa kepadaku semoga Alloh membalas kebaikan kalian dengan balasan kebaikan yang sebesar-besarnya, dan kepada semua orang yang pernah terzalimi sudilah kiranya memaafkan kesalahan-kesalahanku, semoga Alloh melimpahkan rahmat-Nya kepada kita semua, semoga Alloh mempertemukan kita di hari kiamat kelak sebagai sahabat di dalam jannah-Nya, Jannatul Firdaus, aamiin Yaa Robbal ‘aalamiin.

Wa shalallohu ‘ala Nabiyyina Muhammadin wa ‘ala aalihi wa shahbihi wa sallama tasliman katsiran. Wa akhiru da’wanaa anil hamdulillahi Robbil ‘aalamiin.

Akhlak Muslim Sejati

Penulis:Ustadz Arif Syarifuddin

(Disampaikan dalam kegiatan SII 2005, Musholla Teknik UGM, Jogjakarta)

Muqoddimah

الحمد لله رب العالمين والصلاة والسلام على أشرف الأنبياء والمرسلين وعلى آله وصحبه أجمعين ومن تبعهم بإحسان إلى يوم الدين، أما بعد:

Sesungguhnya Alloh telah menjadikan Islam sebagai risalah penutup yang langgeng untuk seluruh manusia dengan beragam warna kulit dan jenis mereka serta di manapun dan kapan pun mereka berada. Dan Alloh telah memberikan Islam berbagai keistimewaan tersendiri yang menakjubkan, seperti ajarannya yang meliputi seluruh aspek kehidupan manusia, sifat wasathiyyah yaitu tengah-tengah antara sifat ifrath (ghuluw/berlebihan) dan sifat tafrith (lalai dan meremehkan), serta senantiasa aktual dan sesuai untuk setiap waktu dan tempat. Maka dengan karunia Alloh, Islam menjadi petunjuk dan pembimbing bagi manusia, petunjuk menuju jalan kebahagiaan, kebaikan, kegembiraan dan kesenangan di dunia dan akhirat.

Dan sebagaimana telah dimaklumi bahwa ajaran-ajaran Islam meliputi seluruh aspek kehidupan manusia. Islam mengatur hubungan antara pribadi manusia dengan Alloh Penciptanya, hubungan antara pribadi seseorang dengan yang lain dan hubungan antara pribadi seseorang dengan dirinya sendiri. Tiada satu pun sifat keutamaan dan akhlak mulia melainkan Islam menyeru kepadanya dan menganjurkan untuk berpegang dengannya. Sebaliknya tiada satu pun sifat kejelekan dan akhlak melainkan Islam peringatkan tentang bahayanya dan memerintahkan untuk menjauhinya. Sehingga kehidupan manusia bisa tertib dan teratur di bawah aturan Alloh yang kokoh, yang jika seseorang menjalankan ajaran-ajarannya ia akan sukses dan beruntung, sedangkan jika ia menjauhinya maka ia akan merugi.

Akhlak mulia merupakan salah satu asas terpenting dalam ajaran Islam untuk membina pribadi dan memperbaiki masyarakat. Karena keselamatan masyarakat, kekuatan, kemuliaan, dan kewibawaan pribadi-pribadinya sangat tergantung kepada sejauh mana mereka berpegang dengan akhlak mulia tersebut. Dan masyarakat akan hancur dan rusak tatkala mereka meninggalkan dan menjauhi akhlak yang terpuji.

Setiap syariat dan agama memiliki perhatian yang serius terhadap gejala penyakit akhlak yang dapat menjadikan masyarakat terperosok. Dan dengan masing-masing ajarannya memperingatkan umatnya akan bahaya akhlak yang buruk serta menyeru agar mereka menjauhinya.

Sejarah telah menunjukkan kepada kita bahwa suatu umat yang bisa bangkit dan tegak, maju dan cemerlang peradabannya, adalah karena pribadi-pribadi mereka memiliki jiwa yang kuat, tekad yang bulat, cita-cita yang luhur, akhlak yang terpuji, perjalanan hidup yang mulia, saling berhubungan dengan erat di antara mereka dan keluarga mereka. Mereka menjauhi hal-hal yang merusak, perbuatan-perbuatan hina dan buruk, tidak melampiaskan nafsu mereka dalam segala kelezatan dan syahwat, jauh dari kejahilan dan penyimpangan.

Dan kita dapati semua itu dalam ajaran-ajaran Islam, karena Islam mengarahkan setiap pribadi manusia untuk membina fisik dan jiwanya secara sempurna dan seimbang, tidak timpang pada salah satunya. Islam menyeru agar mereka berpegang dengan akhlak mulia dan mendakwahkannya, dan agar mereka meninggalkan serta menjauhi segala akhlak yang buruk.

Ajaran akhlak yang mulia ini telah diperlihatkan oleh suri teladan umat ini yaitu Rosululloh yang telah disifati oleh Alloh dengan firman-Nya,

وَإِنَّكَ لَعَلَى خُلُقٍ عَظِيمٍ

“Dan sesungguhnya engkau benar-benar berada di atas akhlak yang mulia.” (QS. Al Qalam: 4)

Sa’ad bin Hisyam pernah bertanya kepada ‘Aisyah rodhiallohu ‘anha tentang akhlak Rosululloh, maka ‘Aisyah rodhiAllohu ‘anha menjawab, “Akhlak beliau adalah Al Quran.” Lalu Sa’ad berkata, “Sungguh saya ingin berdiri dan tidak lagi menanyakan sesuatu yang lain.” (HR. Muslim)

Oleh karena itu, Rosululloh merupakan sosok pribadi yang paling bagus akhlaknya seperti yang disaksikan oleh Anas bin Malik –pembantu Rosululloh selama sepuluh tahun- ketika beliau berkata, “Rosululloh adalah orang yang paling bagus akhlaknya.” (HR. Muslim)

Maka pantaslah Rosululloh menjadi suri teladan bagi kita dalam segala aspek kehidupan beliau shollallohu ‘alaihi wa sallam seperti yang telah diberitakan oleh Alloh dalam firman-Nya,

لَّقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَن كَانَ يَرْجُوا اللهَ وَالْيَوْمَ اْلأَخِرَ وَذَكَرَ اللهَ كَثِيرًا

“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rosululloh itu suri teladan yang baik bagimu, (yaitu) bagi orang yang mengharap (pertemuan dengan) Alloh dan (keselamatan di) hari akhir dan dia banyak menyebut Alloh.” (QS. Al Ahzab: 21)

Dan Rosululloh sendiri telah memotivasi umatnya yang beriman untuk berpegang teguh dengan akhlak yang bagus dan menjauhi akhlak yang buruk, seperti dalam sabda-sabda beliau berikut ini:

Dari Abu Darda’ bahwa Nabi bersabda,

((ما من شيء أثقل في ميزان المؤمن يوم القيامة من حسن الخلق، وإن الله تعالى ليبغض الفاحش البذيء))

“Tiada suatu perkara yang paling memberatkan timbangan (kebaikan) seorang mukmin pada hari kiamat selain daripada akhlaq mulia, dan sesungguhnya Alloh amat benci kepada seorang yang buruk perbuatan dan ucapannya.” (HR. Tirmidzi dan disahihkan oleh Syaikh al Albani)

Dari Abu Hurairah bahwa Rosululloh pernah ditanya tentang perkara yang paling banyak memasukkan manusia ke dalam surga, maka beliau menjawab,

تقوى الله وحسن الخلق

“Bertakwa kepada Alloh dan berakhlak mulia.”

Sementara ketika ditanya tentang perkara yang paling banyak memasukkan manusia ke dalam neraka, beliau menjawab,

الفم والفرج

“Mulut dan kemaluan.” (HR. Tirmidzi dan dihasankan sanadnya oleh Syaikh Albani)

Dan Rosululloh menjelaskan bahwa mukmin yang paling sempurna keimanannya adalah yang paling sempurna akhlaknya, seperti yang beliau sabdakan,

إن أكمل المؤمنين إيمانا أحسنهم خلقا، وخياركم خياركم لنسائهم

“Sesungguhnya mukmin yang paling sempurna keimanannya adalah yang paling bagus akhlaknya, dan sebaik-baik kalian adalah yang paling baik terhadap istri-istrinya.” (HR. Tirmidzi dan disahihkan oleh Syaikh Albani)

Bahkan Rosululloh telah menjadikan orang-orang yang berakhlak mulia sebagai orang-orang yang paling dekat duduknya dengan Rosululloh sebagaimana dalam sabdanya,

إن من أحبكم إلي وأقربكم مني مجلسا يوم القيامة أحسنكم أخلاقا، وإن أبغضكم إلي وأبعدكم مني مجلسا يوم القيامة الثرثارون والمتشدقون والمتفيهقون، قالوا: يا رسول الله، قد علمنا الثرثارون والمتشدقون فما المتفيهقون؟ قال: المتكبرون

“Sesungguhnya orang yang paling aku cintai di antara kalian dan paling dekat tempat duduknya denganku pada hari kiamat adalah yang paling bagus akhlaknya, dan sesungguhnya orang yang paling aku benci dan paling jauh tempat duduknya dariku pada hari kiamat adalah tsartsarun (yang banyak bicara), mutasyaddiqun (yang bicara sembarangan lagi mencela manusia) dan mutafaihiqun.” Para sahabat berkata, “Wahai Rosululloh, kami telah mengetahui tsartsarun dan mutasyaddiqun, tapi siapakah mutafaihiqun itu?” Rosululloh menjawab, “Mutakabbirun” (orang-orang yang sombong).” (HR. Tirmidzi dan disahihkan oleh Syaikh Albani)

Namun, problem yang amat jelas kita lihat di dunia Islam sekarang yaitu bahwa umat Islam telah meninggalkan akhlak mulia yang diseru oleh agama mereka sendiri yang bersumber dari Al Kitab dan As Sunnah. Kita melihat bahwa agama Islam berada di suatu tempat dan kaum muslimin berada di tempat lain yang berjauhan. Seorang muslim hanya membawa Islam pada nama dan KTP-nya saja. Tetapi dalam praktek keseharian, muamalah dan seluk beluknya tidak didapati nilai-nilai ajaran Islam yang mulia tersebut. Arahan-arahan Islam tidak berlaku, norma-normanya tidak memiliki tempat, dan kaidah-kaidah Islam tidak lagi terhormat dalam diri mereka. Demikianlah kenyataan yang memilukan yang menimpa umat Islam, yang semakin hari sepertinya semakin jauh dan lalai dari mempraktekkan nilai-nilai agama mereka yang mulia, sehingga pantas pula jika umat Islam mengalami berbagai bencana hari demi harinya, kekalahan-kekalahan di setiap tempat mereka, serta ketertinggalan dari umat-umat yang lain. Umat Islam sepertinya tidak lagi memiliki ‘izzah (kemuliaan dan kewibawaan) yang dapat membuat umat-umat lain segan kepada mereka. Itu semua karena umat Islam tidak berpegang teguh dengan nilai-nilai ajaran agama mereka. Benarlah apa yang dikatakan oleh Umar bin Khaththab,

إنا كنا أذل قوم فأعزنا الله بالإسلام فمهما نطلب العز بغير ما أعزنا الله به أذلنا الله

“Kita dahulu adalah kaum yang terhina lalu Alloh memuliakan kita dengan Islam, maka jika kita mencari kemuliaan dengan selainnya niscaya Alloh akan menghinakan kita.” (HR. Hakim dan ia berkata, “Shahih sesuai syarat/standar Bukhari dan Muslim”, dan disahihkan oleh Syaikh Albani dalam Shahih at Targhib wa at Tarhib)

Dan kaum muslimin akan tetap berada dalam kehinaan selama mereka meninggalkan ajaran-ajaran Islam yang agung lagi mulia dan cenderung mengikuti hawa nafsu dalam meraih kemewahan dunia sampai mereka mau kembali kepada agama mereka.

Nabi bersabda,

((إذا تبايعتم بالعينة وأخذتم أذناب البقر ورضيتم بالزرع وتركتم الجهاد سلط الله عليكم ذلا لا ينـزعه حتى ترجعوا إلى دينكم))

“Apabila kalian berjual beli dengan ‘inah (riba), memegangi ekor-ekor sapi dan senang dengan cocok tanam (yakni lebih condong kepada kesenangan dunia), serta meninggalkan jihad, niscaya Alloh akan menimpakan kehinaan kepada kalian yang tidak akan Alloh cabut sampai kalian mau kembali kepada agama kalian.” (HR. Abu Daud dan disahihkan oleh Syaikh Albani)

Maka sudah saatnya bagi kaum muslimin untuk bangkit dengan kembali kepada ajaran-ajaran agama mereka yaitu Islam yang lurus, agar mereka dapat kembali memperoleh ‘izzah (kemuliaan dan kewibawaan) seperti yang telah diraih oleh pendahulu mereka Salafus Shalih sehingga mereka akan menjadi umat yang kuat dan kokoh yang disegani oleh umat-umat lainnya. Tentunya yang paling penting adalah menggali kembali nilai-nilai mulia Islam tersebut dengan mempelajari Kitabulloh dan Sunnah Rosululloh serta siroh kehidupan Salafus Shalih yang telah mewariskan jejak-jejak mulia yang harus kita telusuri dan ikuti, di antaranya adalah warisan akhlak yang baik dan mulia. Wallohul Muwaffiq. (Dari Tauthi’ah pentahkiq kitab Makarimul Akhlaq karya Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah –dengan perubahan-).

Definisi Akhlaq

Akhlaq (أَخْلاَقٌ) menurut etimologi bahasa Arab adalah bentuk jamak dari khuluq (خُلُقٌ) yang di antaranya berarti jalan hidup/adat kebiasaan, tabiat dan perangai. (Ibnul Atsir dalam Gharibul Hadits). (Dari Ridalah Min Akhlaq ar Rasul al Karim hal. 20 – Syaikh Abdul Muhsin al Abbad).

Sedangkan menurut istilah ia mengandung dua makna, salah satunya lebih umum dari yang lain, yaitu:

Sifat yang tertanam dengan kokoh dalam setiap jiwa, baik yang terpuji maupun tercela. (Min Akhlaq ar Rasul al Karim hal. 20 – Syaikh Abdul Muhsin Al Abbad) atau dengan ungkapan lain yaitu: Gambaran batin yang telah ditabiatkan kepada manusia. (Kitabull Ilmi hal. 256– Syaikh Ibnu Utsaimin).

Sifat yang berwujud sikap berpegang teguh kepada hukum-hukum dan adab-adab syariat, baik berupa perintah yang harus/perlu dikerjakan atau larangan yang harus/perlu ditinggalkan. (Min Akhlaq ar Rasul al Karim hal. 20– Syaikh Abdul Muhsin Al Abbad) atau dengan kata lain bahwa jenis kedua ini dapat dihasilkan dengan usaha dan latihan yang diupayakan oleh manusia. (Kitabul Ilmi hal. 256 – Syaikh Ibnu Utsaimin).

Jadi, akhlak itu ada yang berupa tabiat dan perangai yang telah ditanamkan oleh Alloh pada setiap jiwa manusia dan bersifat umum, meliputi perangai yang terpuji dan tercela. Dan ada pula yang berupa sifat yang diusahakan dengan mempelajari dan berpegang teguh kepada hukum-hukum dan adab-adab syariat dan ini lebih khusus dari yang pertama.

Contoh jenis pertama adalah seperti apa yang dikatakan Nabi kepada Asyaj Abdul Qais,

إن فيك لخلقين يحبهما الله: الحلم والأناة، فقال: أخلقين تخلقت بهما ؟ أم خلقين جبلت عليهما ؟ فقال: ((بل خلقان جبلت عليهما))، فقال: الحمد لله الذي جبلني على خلقين يحبهما الله تعالى.

“Sesungguhnya ada pada dirimu dua perangai yang disukai oleh Alloh yaitu santun dan hati-hati (tidak tergesa-gesa).” Asyaj berkata, “Apakah dua perangai tersebut adalah yang kuupayakan atau yang ditabiatkan kepadaku?” Nabi menjawab, “Dua perangai yang telah ditabiatkan kepadamu.” Maka Asyaj pun berkata, “Segala puji bagi Alloh yang telah menabiatkan dua perangai yang Alloh sukai.” (HR. Abu Daud –dengan lafaz yang mendekati- dan lafal ini dinukil dari Syarah al Aqidah ath Thahawiyah serta disahihkan oleh Syaikh Albani. Dan bagian pertama asalnya ada dalam Shahih Muslim juga diriwayatkan oleh Imam Ahmad, Tirmidzi dan selainnya). (Min Akhlaq ar Rasul al Karim hal. 256).

Syaikh Ibnu Utsaimin mengatakan bahwa hadits ini menjadi dalil yang menunjukkan adanya akhlak terpuji yang berupa tabiat asal yang diberikan oleh Alloh kepada diri seseorang dan ada yang diupayakan. Dan bahwa yang merupakan tabiat itu lebih utama daripada yang diupayakan. (Kitabul Ilmi 256).

Adapun contoh jenis kedua adalah apa yang terisyaratkan dalam sabda beliau,

البر حسن الخلق

“Kebaikan itu (terletak pada) akhlak yang bagus/mulia.” (HR. Muslim)

Dan seperti dalam jawaban ‘Aisyah rodhiallohu ‘anha ketika menafsirkan firman Alloh,

وَإِنَّكَ لَعَلَى خُلُقٍ عَظِيمٍ

Ia menjawab, “Akhlaknya (Rosululloh) adalah Al Quran.” (HR. Muslim) (Min Akhlaq ar Rasul al Karim hal. 21). Dan tentunya yang kita bahas adalah akhlaq yang terpuji.

Aspek Cakupan Akhlak

Banyak orang yang memahami dan mengira bahwa akhlak mulia itu hanya menyangkut hubungan dengan makhluk yang lain dan tidak menyangkut hubungan dengan Khalik (Alloh). Namun itu merupakan pemahaman yang salah, karena akhlak mulia ini juga mencakupi hubungan dengan Khalik (Alloh) sebagaimana mencakupi hubungan dengan makhluk.

Adapun yang menyangkut hubungan dengan Alloh, maka terangkum dalam tiga hal pokok yaitu:

Membenarkan segala kabar berita dari Alloh.

Melaksanakan dan merealisasikan hukum-hukumNya.

Bersabar dan ridho terhadap takdir Alloh.

Inilah tiga perkara pokok yang bermuara kepadanya berbagai macam akhlak mulia terhadap Alloh. Berikut ini sedikit penjelasan tentang tiga hal tersebut.

1. Membenarkan segala berita dari Alloh

Artinya bahwa seseorang tidak boleh ragu dan bimbang terhadap kebenaran berita dari Alloh, karena Alloh subhanahu wa ta’ala tidaklah memberitakan sesuatu melainkan atas dasar ilmu-Nya lagi Dia adalah Yang paling benar perkataannya sebagaimana firman-Nya,

وَمَنْ أَصْدَقُ مِنَ اللهِ حَدِيثًا

“Dan siapakah yang lebih benar perkataannya daripada Alloh.” (QS. An Nisaa: 87)

Dengan akhlak ini seseorang bisa membela segala berita yang bersumber dari Alloh dan menjawab semua syubhat, baik dari kalangan kaum muslimin yang mengadakan bid’ah dalam agama maupun dari luar kaum muslimin. Demikian pula terhadap kabar berita dari Rosululloh, maka seseorang juga harus meyakini kebenarannya apalagi kalau itu adalah berita tentang perkara gaib yang sudah jelas bahwa beliau tidak mengatakannya kecuali dari wahyu Alloh. Alloh berfirman menceritakan Rasul-Nya,

وَمَايَنطِقُ عَنِ الْهَوَى إِنْ هُوَ إِلاَّوَحْيٌ يُوحَى

“Dan tiadalah yang diucapkannya itu menurut kemauan hawa nafsunya. Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya).” (QS. An Najm: 3-4)

Sebagai contoh bahwa beliau pernah bersabda,

((إذا وقع الذباب في شراب أحدكم فليغمسه ثم لينزعه، فإن في إحدى جناحيه داء والأخرى شفاء))

“Apabila lalat jatuh ke dalam minuman salah satu dari kalian maka celupkanlah (lalat tersebut) kemudian buanglah, karena pada salah satu sayapnya ada penyakit dan pada sayap yang lainnya ada penawar.” (HR. Bukhari)

Maka dalam hadits ini terdapat berita dan termasuk perkara gaib yang tidak mungkin beliau mengatakannya dari diri beliau sendiri tanpa wahyu dari Alloh. Karena beliau adalah manusia yang tidak mengetahui perkara gaib kecuali apa yang diwahyukan kepada beliau. Bahkan Alloh yang memerintahkan Rasul-Nya,

قُلْ لا أَقُولُ لَكُمْ عِنْدِي خَزَائِنُ اللَّهِ وَلا أَعْلَمُ الْغَيْبَ وَلا أَقُولُ لَكُمْ إِنِّي مَلَكٌ إِنْ أَتَّبِعُ إِلَّا مَا يُوحَى إِلَيّ

Katakanlah, “Aku tidak mengatakan kepadamu, bahwa perbendaharaan Alloh ada padaku, dan tidak (pula) aku mengetahui yang gaib dan tidak (pula) aku mengatakan kepadamu bahwa aku ini malaikat. Aku tidak mengikuti kecuali apa yang telah diwahyukan kepadaku…” (QS. Al An’am: 50)

Maka berita Rosululloh di atas harus disikapi dengan akhlak mulia yaitu dengan menerimanya sepenuh hati dan bahwa apa yang diberitakan oleh Rosululloh adalah haq dan benar meskipun ada orang-orang yang membantahnya. (Lihat Kitabul Ilmi 257-258).

2. Melaksanakan dan Merealisasikan Hukum-hukum Alloh

Akhlak seseorang terhadap hukum-hukum Alloh adalah dia harus menerimanya lalu melaksanakan dan merealisasikannya. Tidak menolak satu pun hukum Alloh. Jika seseorang menolaknya maka itu merupakan bentuk akhlak yang buruk terhadap Alloh yang telah menciptakannya. Dan penolakan ini mencakupi pengingkaran terhadap hukum tersebut, tidak mau mengamalkannya dengan kesombongan atau meremehkan pengamalannya.

Misalnya ibadah shiyam (puasa) yang dirasa berat bagi seseorang, karena dia harus meninggalkan hal-hal yang disukainya dan dibutuhkannya seperti makan, minum dan jima’. Tetapi seorang mukmin yang bagus akhlaknya terhadap Rabbnya ia akan menerima beban berat tersebut dengan lapang dada dan tenang, maka ia pun menjalani hari-hari panjang yang panas dalam keadaan ridho dan lapang dadanya, karena dia orang yang berakhlak bagus terhadap Rabbnya. Berbeda halnya dengan yang buruk akhlaknya terhadap Alloh, maka ia akan mengeluh dan tidak menyukai ibadah ini. Dan kalaulah bukan karena kekhawatirannya terhadap suatu akibat buruk tentulah dia tidak akan menunaikan shiyam. (Lihat Kitabul Ilmi 259).

3. Bersabar dan Ridho terhadap Takdir Alloh

Kita semua mengetahui bahwa takdir Alloh yang berlaku pada setiap hamba itu ada yang menyenangkan hamba dan ada yang tidak. Misalnya setiap orang menginginkan sehat dan tidak menginginkan sakit. Tetapi Alloh menakdirkan dengan hikmah-Nya untuk memvariasikan dua keadaan tersebut pada setiap manusia. Maka seperti apa akhlak yang mulia terhadap Alloh dalam masalah takdir-Nya ini?

Yaitu seseorang harus ridho dengannya dan tenang menerimanya. Dan meyakini bahwa tidaklah Alloh menakdirkan itu semua melainkan untuk suatu hikmah dan tujuan yang terpuji. Oleh karena itu Alloh memuji orang-orang yang bersabar –ketika ditimpa musibah dan mengucapkan kalimat istirja’ dalam firman-Nya,

وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ

“Dan berilah kabar gembira kepada orang-orang yang bersabar.” (QS Al Baqoroh: 155) (Lihat Kitabul Ilmi hal. 256-262 –secara ringkas dan dengan perubahan-).

Di antara bentuk-bentuk akhlak mulia terhadap Alloh juga adalah sebagai berikut:

a. Ikhlas

Yaitu memurnikan ibadah hanya untuk Alloh seperti yang Alloh firmankan,

وَمَا أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ

“Padahal mereka tidak disuruh, kecuali supaya menyembah Alloh dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus…” (QS. Al Bayyinah: 5)

فَاعْبُدِ اللَّهَ مُخْلِصاً لَهُ الدِّين َ، أَلا لِلَّهِ الدِّينُ الْخَالِصُ

“Maka sembahlah Alloh dengan memurnikan keta’atan kepada-Nya. Ingatlah, hanya kepunyaan Allohlah agama yang bersih (dari syirik).” (QS. Az Zumar: 2-3)

Di antara ciri ikhlas adalah seseorang mengerjakan ibadah dengan kontinu dan tetap istiqomah dalam ibadahnya tersebut. Seperti diisyaratkan dalam sabda Nabi sholallohu ‘alaihi wasallam,

استقيموا و لن تحصوا و اعلموا أن خير أعمالكم الصلاة و لا يحافظ على الوضوء إلا مؤمن

“Istiqamahlah sampai tak terhingga, dan ketahuilah bahwa sebaik-baik amalan kalian adalah shalat, dan tidak ada yang memelihara wudhu kecuali mukmin.” (HR. Ahmad dan Ibnu Majah. Disahihkan oleh Syaikh Albani)

Dan hadits:

إذا رأيتم الرجل يعتاد المساجد فاشهدوا له بالإيمان

“Jika kalian melihat seseorang membiasakan diri (shalat di) masjid, maka saksikanlah bahwa ia seorang mukmin.” (HR. Ahmad, Tirmidzi, Ibnu Majah dan yang lainnya. Dan ada kelemahan pada sanadnya meskipun maknanya sahih sebagaimana dikatakan oleh Syaikh Albani dalam ta’liq/catatan beliau terhadap kitab Riyadhus Shalihin pada hadits no. 1067) (Makarimul Akhlaq hal. 27-28).

b. Takwa

Sesuai perintah Alloh,

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَآمِنُوا بِرَسُولِهِ يُؤْتِكُمْ كِفْلَيْنِ مِنْ رَحْمَتِهِ وَيَجْعَلْ لَكُمْ نُوراً تَمْشُونَ بِهِ وَيَغْفِرْ لَكُمْ.

“Hai orang-orang yang beriman (kepada para rasul), bertakwalah kepada Alloh dan berimanlah kepada Rasul-Nya, niscaya Alloh memberikan rahmat-Nya kepadamu dua bagian, dan menjadikan untukmu cahaya yang dengan cahaya itu kamu dapat berjalan dan Dia mengampuni kalian…” (QS. Al Hadid: 28)

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلاً سَدِيداً

“Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kamu kepada Alloh dan katakanlah perkataan yang benar.” (QS. Al Ahzab: 70) (Makarimul Akhlaq hal. 35-36).

c. Rasa Malu

Sifat malu yang dimaksud adalah yang bisa mencegah seseorang dari berlaku buruk dan maksiat kepada Alloh. Oleh karena itu Nabi menggolongkan sifat malu seperti ini sebagai bagian dari keimanan dalam sabdanya,

الحياء من الإيمان

“Malu adalah bagian dari iman.” (HR. Muslim) (Makarimul Akhlaq hal. 73).

d. Taubat

Taubat adalah di antara bentuk ibadah yang agung, yang maknanya adalah seseorang kembali kepada Alloh dan memohon ampunan-Nya setelah berbuat salah dan dosa. Sebesar apapun dosa dan kesalahan hamba, bila dia bertaubat kepada Alloh niscaya Alloh akan mengampuninya dan menghapus dosanya tersebut. Alloh berfirman,

قُلْ يَا عِبَادِيَ الَّذِينَ أَسْرَفُوا عَلَى أَنْفُسِهِمْ لا تَقْنَطُوا مِنْ رَحْمَةِ اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ جَمِيعاً إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ، وَأَنِيبُوا إِلَى رَبِّكُمْ وَأَسْلِمُوا لَهُ

“Katakanlah: Hai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Alloh. Sesungguhnya Alloh mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Dan kembalilah kamu kepada Rabbmu, dan berserah dirilah kepada-Nya…” (QS. Az Zumar: 53-54)

Bahkan meskipun itu dosa kekafiran, jika seorang kafir meninggalkan kekafirannya dan menuju Islam, maka dosa-dosanya yang lalu akan diampuni. Alloh berfirman,

قُلْ لِلَّذِينَ كَفَرُوا إِنْ يَنْتَهُوا يُغْفَرْ لَهُمْ مَا قَدْ سَلَفَ….

“Katakanlah kepada orang-orang kafir, jika mereka berhenti (dari kekafirannya) niscaya akan diampuni dosa-dosa mereka yang terdahulu.” (QS. Al Anfal: 38)

Dan Nabi pernah berkata kepada ‘Amr bin al ‘Ash yang dahulunya termasuk pembesar orang-orang kafir,

يا عمرو: أما علمت أن الإسلام تجب ما كان قبله

“Wahai ‘Amr, tidakkah kau tahu bahwa Islam akan menutupi (dosa-dosa) yang terdahulu.” (HR. Muslim) (Makarimul Akhlaq hal. 103-105).

Dan lain sebagainya.

Adapun akhlak mulia terhadap sesama makhluk khususnya terhadap sesama Muslim, maka telah didefinisikan oleh Hasan al Bashri rahimahulloh yang menyatakan bahwa akhlak mulia itu adalah:

كف الأذى، وبذل الندى، وطلاقة الوجه

“Tidak menyakiti, ringan tangan (suka menolong) dan bermuka manis terhadap yang lain.”

Maka dalam perkataan beliau terdapat tiga hal pokok yang merupakan akhlak mulia terhadap sesama makhluk, yaitu:

1. Tidak menyakiti orang lain.

Baik terkait dengan harta, jiwa maupun harga dirinya. Barang siapa yang tidak bisa menahan diri dari menyakiti orang lain maka berarti dirinya berakhlak buruk. Padahal Rosululloh telah menyiarkan hal ini di hadapan kumpulan yang terbesar dari umatnya yaitu ketika haji wada’ dengan sabdanya,

إن دماءكم، وأموالكم، وأعراضكم، عليكم حرام، كحرمة يومكم هذا، في شهركم هذا، في بلدكم هذا

“Sesungghnya darah, harta dan harga diri kalin itu haram (terhormat), seperti terhormatnya hari, bulan dan negeri kalian ini.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Maka jika seseorang berkhianat dalam harta orang lain, memukul dan berbuat jahat terhadap orang lain atau mencela harga diri dan menggunjing orang lain, berarti dia bukan seorang yang berakhlak mulia terhadap sesama. Misalnya berlaku buruk terhadap tetangga, maka Nabi telah mengatakan tentang orang yang berlaku demikian dalam sabdanya,

والله لا يؤمن، والله لا يؤمن، والله لا يؤمن. قيل: من يا رسول الله؟ قال: الذي لا يأمن جاره بوائقه. رواه البخاري ومسلم، وفي رواية لمسلم .لا يدخل الجنة من لا يأمن جاره بوائقه. –والبوائق هي الشرور-.

“Demi Alloh tidaklah seorang beriman (3x).” Beliau ditanya, “Siapakah itu wahai Rosululloh?” Beliau menjawab, “Yaitu yang tetangganya tidak merasa aman dengan kejahatannya.” Dalam riwayat Muslim: “Tidak akan masuk surga seseorang yang tetangganya tidak merasa aman dari kejahatannya.” (Kitabul Ilmi hal. 262, 263).

Dan seorang muslim yang dapat menahan diri dari menyakiti orang lain dengan lidah maupun anggota badannya, maka ia adalah muslim sejati, sebagaimana sabda Nabi,

المسلم من سلم الناس من يده ولسانه

“Muslim (sejati) adalah yang orang lain selamat dari (gangguan) tangan dan lidahnya…” (Muttafaqun ‘alaihi) (Ushul al Manhaj al Islami hal. 541).

2. Ringan tangan (suka menolong/dermawan).

Sifat menolong dan dermawan bukan hanya dengan harta, tetapi meliputi pengorbanan jiwa, kedudukan dan harta. Jika seseorang memenuhi kebutuhan manusia, membantu dalam mengarahkan urusan mereka, menebarkan ilmu dan membagi-bagikan hartanya kepada manusia, maka kita menyifati dirinya sebagai orang yang berakhlak mulia karena dia telah berkorban dalam hal-hal tersebut.

Nabi bersabda,

اتق الله حيثما كنت، وأتبع السيئة الحسنة تمحها، وخالق الناس بخلق حسن

“Bertakwalah kepada Alloh di manapun kau berada, dan susullah keburukan itu dengan kebaikan, serta pergaulilah manusia dengan akhlak yang mulia.” (HR. Ahmad, Tirmidzi dan Darimi dan dihasankan derajatnya oleh Syaikh Albani)

Maka jika seseorang dizalimi atau diperlakukan buruk oleh orang lain maka lebih baik memaafkannya. Karena Alloh memuji orang-orang yang mau memaafkan kesalahan orang lain dalam firman-Nya tentang sifat penghuni surga,

الَّذِينَ يُنْفِقُونَ فِي السَّرَّاءِ وَالضَّرَّاءِ وَالْكَاظِمِينَ الْغَيْظَ وَالْعَافِينَ عَنِ النَّاسِ وَاللَّهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ

“(yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Alloh menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.” (QS. Ali Imran: 134)

Alloh juga berfirman,

وأن تعفوا أقرب للتقوى

“Dan kamu memaafkan itu lebih dekat kepada ketakwaan.” (QS. Al Baqoroh: 134)

Demikian pula dalam firman-Nya,

فمن عفا وأصلح فأجره على الله

“Maka barang siapa memaafkan dan berbuat baik maka pahalanya atas (tanggungan) Alloh.” (QS. Asy Syura: 40)

Artinya bahwa memaafkan kesalahan orang lain termasuk bentuk menolong, karena dengannya telah menggugurkan tanggungan dosa atau kafarah dari orang tersebut.

3. Adapun bermuka manis, artinya seseorang menampakkan wajah yang ceria dan berseri di hadapan orang lain. Nabi pernah bersabda,

لا تحقرن من المعروف شيئا، ولو أن تلقى أخاك بوجه طلق

“Janganlah kamu meremehkan sedikit pun perkara makruf/kebaikan, walaupun sekedar bertemu saudaramu dengan wajah berseri.” (HR. Muslim)

Karena wajah ceria dan berseri membuat orang yang ditemui merasa senang, dan dapat mendatangkan kecintaan dan membuat hati lega, baik hatinya maupun hati orang lain.

Dan di antara akhlak mulia yang harus diketahui oleh seseorang adalah mempergauli orang-orang dekatnya dengan pergaulan yang baik, seperti teman-temannya, karib kerabatnya, keluarganya. Yaitu dengan tidak merasa sempit/tertekan bersama mereka atau tidak menyempitkan dan menekan mereka, namun semestinya ia bisa membuat mereka senang dalam batasan-batasan syariat Alloh.

Nabi bersabda,

خيركم خيركم لأهله وأنا خيركم لأهلي

“Sebaik-baik kalian adalah yang paling baik kepada keluarganya, dan aku adalah yang paling baik kepada keluargaku daripada kalian.” (HR. Tirmidzi dan Ibnu Majah. Disahihkan oleh Syaikh Albani)

Dan di antara yang paling berhak mendapatkan pergaulan yang baik dari seseorang adalah orang tuanya, terutama ibunya. Ada seorang laki-laki datang kepada Nabi lalu bertanya,

يا رسول الله، من أحق الناس بحسن صحابتي؟ قال: ((أمك))، قال: ثم من؟ قال: ((أمك))، قال: ثم من؟ قال: ((أمك))، قال: ثم من؟ قال: ((أبوك)). رواه البخاري ومسلم

“Siapakah orang yang paling berhak aku pergauli dengan baik?” Maka Nabi menjawab, “Ibumu.” Ia bertanya lagi, “Kemudian siapa lagi?” Beliau menjawab, “Ibumu.” Ia bertanya lagi, “Kemudian siapa lagi?” Beliau menjawab, “Ibumu.” Lalu bertanya lagi, “Kemudian siapa lagi?” Beliau menjawab, “Ayahmu.” (HR. Bukhari dan Muslim) (Kitabul Ilmi 263-268).

Dan sebagaimana telah disampaikan di atas bahwa akhlak mulia itu ada yang berupa tabiat asal yang diberi oleh Alloh dan ada yang dihasilkan melalui jalur usaha dan upaya. Dan bahwa yang berupa tabiat lebih sempurna daripada yang diupayakan. Sedangkan yang diperoleh dari jalur usaha bisa jadi seseorang terluput dalam banyak hal, karena ia perlu melatihnya dan bekerja keras serta perlu senantiasa ada pengingat di saat ada hal yang membuat seseorang goyah atau bergejolak dalam dirinya. Seperti ketika seseorang datang kepada Nabi dan meminta wasiat kepada beliau, maka Nabi mengatakan kepadanya,

لا تغضب

“Janganlah kamu marah.”

“Orang tersebut mengulang-ulang permintaan wasiatnya, dan Nabi tetap menjawab demikian.” (HR. Bukhari)

Nabi juga pernah bersabda,

ليس الشديد بالصرعة، وإنما الشديد الذي يملك نفسه عند الغضب

“Orang yang kuat bukanlah yang bisa mengalahkan (lawannya), tetapi orang yang bisa menguasai dirinya di saat marah.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Maka menahan amarah dan menguasai diri di saat marah termasuk akhlak yang mulia. Dan Nabi telah memberikan penawar marah, yaitu jangan melampiaskan marah tersebut, lalu berlindung kepada Alloh dari syaitan yang terkutuk (HR Tirmidzi).

“Jika dia sedang berdiri maka hendaknya duduk dan jika belum hilang juga maka hendaknya berbaring.” (HR. Ahmad, Abu Daud dan Tirmidzi)

Dan untuk memperoleh akhlak mulia dengan jalur usaha maka seseorang memerlukan hal-hal berikut:

1. Menelaah Kitabulloh dan Sunnah Rosululloh yang banyak memuat tentang pujian terhadap akhlak mulia, dengan demikian diharapkan seseorang terdorong untuk mengerjakannya.

2. Memilih teman-teman yang baik, shalih dan bisa dipercaya perbuatan dan amanah mereka. Karena Nabi pernah bersabda,

إنما مثل الجليس الصالح والجليس السوء كحامل المسك ونافخ الكير فحامل المسك إما أن يحذيك وإما أن تبتاع منه وإما أن تجد منه ريحا طيبة ونافخ الكير إما أن يحرق ثيابك وإما أن تجد ريحا خبيثة

“Sesungguhnya perumpamaan teman baik dan teman buruk adalah seperti penjual minyak wangi dan pandai besi. Maka penjual minyak wangi bisa jadi memberimu, atau kamu membeli darinya atau (paling tidak) kamu mendapatkan bau wanginya. Sedangkan pandai besi bisa jadi akan membakar bajumu atau (paling tidak) kamu mendapatkan bau tak sedapnya.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Maka hendaknya seseorang memilih teman-teman yang berakhlak mulia dan jauh dari akhlak buruk.

3. Memperhatikan akibat buruk dari akhlak tercela. Orang yang berakhlak buruk dibenci, dijauhi serta dicela. Maka jika seseorang mengetahui akibat buruk dari akhlak yang tercela maka ia akan menjauhinya. (Kitabul Ilmi hal. 269-271).

Demikian yang bisa kami susun tentang Akhlak Muslim Sejati, mudah-mudahan bermanfaat bagi kita semua terutama yang sedang menuntut ilmu. Wallohu walliyut taufiq.

Referensi:

Makarimul Akhlaq, oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah.

Kitab al Ilmi, oleh Syaikh Muhammad bin Shalih al Utsaimin.

Min Akhlaq ar Rasul al Karim, oleh Syaikh Abdul Muhsin al Abbad.

Ushul al Manhaj al Islami, oleh Syaikh Abdurrahman al Ubayyid.