17 April 2009

Dengan puisi....
Dengan puisi aku bernyanyi sampai senja umurku nanti
Dengan puisi aku bercinta berbatas cakrawala
Dengan puisi aku mengenang keabadian yang akan datang
Dengan puisi aku menangis jarum waktu bila kejar mengiri
Dengan puisi aku memutih nafas jalan yang busuk
Dengan puisi aku berdoa perkenankanlah kiranya ,,,,

Redup lentera menyala,
Disusut hampa hati yang beku,
Tiada bias mampu terpancar,
Manakala rindui sepercik cahaya,
Sinaran sekianya menatap...
Kini perlahan terlelap.



Puisi hujan dan kamu

tik!tik!tik!
air hujan belum juga berhenti menjatuhi tubuhku dengan jarum-jarumnya yang bening. basah. dingin. dan bulir-bulirnya mengalir di seluruh sudut mukaku.
tiba-tiba aku jadi ingat kamu. yang tak pernah berhenti menghujaniku
dengan ciuman kecilmu. hangat. indah

ciplak!ciplak!
sepasang kaki kecil berlari di depanku. tanpa disengaja air percikannya mengotori separuh bajuku.
baju putihku.
sama putihnya dengan rasa rindu yang ada di hatiku saat ini.
aku jadi ingat kamu lagi. yang tak pernah puas memercikkan rindu-rindu
di dalam jiwaku. manis.

hening....
kutelusuri hari-hari ini sendirian.
menguak kerumunan tawa di depan mata.
membelah kumpulan bahagia sekelompok anak-anak kecil yang berlarian di tengah hujan. seakan tak ingat pesan ibunda yang melarang dirinya bermain di bawah siraman air hujan. yang ada cuma tawa riang penuh kemenangan.
ada luka di kaki dan tangan.
tapi mereka tak acuh, tak pedulikan apa-apa.
ah, aku jadi ingat bekas lukamu di kaki dan tangan.
yang bisa membawa cerita untuk dikenang. nanti. suatu saat nanti.
ada tempat berteduh di ujung sana.
setengah berlari aku mendekat.
duduk beralaskan plastik setengah kering.
kuambil kertas dan pena dari saku yang mulai terasa basah.
ah, lagi-lagi aku ingat kamu. dan ingin menulis tentang kamu.
semuanya tentang kamu

..........karena memang cuma kamu yang ada dalam otakku.


Malamku tanpamu
Tanpamu..
malam ini terasa sepi sekali.
hanya sesekali suara jangkrik memecah kebisuan.
Kadang nyaring. menyentak lamunanku.
Kadang pilu. menggugah sudut hatiku.
Mengusik segala diamku. Kembalikan kenangan waktu itu.
Saat-saat kau ada bersamaku.

Krik! Krik!
Suara-suara itu semakin lama makin membahana.
berirama di telingaku.
mengikuti detak-detak jantungku. terasa semakin bernada.
seakan mengajakku melangkah untuk berdansa.
satu... dua... satu.. dua...
aku berdansa. berputar. menari.
dalam irama ilusi. aku semakin asyik bermimpi.

Aku terus menari. terbang. melayang.
sampai menembus gumpalan awan. halus. lembut.
tersentuh oleh ujung-ujung jariku.
putih. biaskan cahaya indah di pelupuk mataku.

Aku terus menari. menghibur diri. mengisi sepi.
mengukir rasa pada hari-hari ini. tanpamu.
aku tenggelam dalam nadaku.
terlarut dalam rangkaian kata-kataku.

Aku terus menari. dan akan tetap menari.
sampai kau datang mengganti.
sampai kau kembali mengusir malam yang sepi.



Matamu

Aku bermimpi
Dan dalam mimpiku
Kulihat matamu
Yang mengisi hatiku dengan surga

Aku melayang
Dan di langit
Kulihat matamu
Yang menjawab semua kerinduanku
Padamu

Hidupku di alam khayal
Yang tiada perubahan
Tiada patah hati

Tapi kini kau raih tanganku
Dan kau buat 'ku mengerti
Dua mimpi
Bisa bersatu selamanya

Pagi hari
Ketika 'ku bangun
Kulihat matamu
Itulah alasanku
Itulah jawabanku kini:
Karena aku mencintaimu
Satu yang membuat mimpiku nyata





Yang dirindui

"aku tak bisa mencintaimu sebagaimana
aku mahu mencintai yang aku rindu"

Demi membubarkan kekaburan itu
kusimpan tiap rasa dalam cengkerang keras yang melindung
seperti siput-siput laut di tepi pantai aku diam di gigi air
merasakan isi dan hati dikahis badai yang datang menepi.
Hai angin, ombak, buih-buih putih yang jernih dan batu keras dan karang
yang tegar, resapkan di sukma kosong ini dengan cerita-cerita
sebuah pantai sepi. Moga-moga berbaur kesedihan yang semakin pedih
pada cerita-cerita kau dan aku yang terasing dan tak pernah bersatu.

Lukaku yang terbuka kian parah waktu kusembunyikan diri
di dalam cengkerang kosong menumpang kasih di daerah ini
yang tidak pernah aku jejaki, tidak pernah tanahnya aku miliki
dan tak pernah aku merasa dicintai.
Tak mampu menahan luka dicicip air mata duyung yang berbaur kisah
lampias kecewa sang kelasi lemas, aku tiba-tiba menjadi gemas dan berdoa.
Turunlah hujan semoga bertambah panuh air laut
(pause) ... semoga asin airnya akan menjadi surut.

Tetapi kenapa tetap lukaku terasa dihiris-hiris oleh ketawa alam penuh sinis.

Saat awan lebat menurunkan hujan
cengkerang terapung-apung di dada air
berpusar berpadu deru ombak dan angin
miring melintas di corong-corong udara
membawa bau asin samudra air mata
merusuh dalam keluhanku yang bersungguh-sungguh.

Tenggelamlah aku di dalam debur yang seolah menghancur.
Tapi nanti! Kau harus tahu bahwa aku tidak akan apa-apa karena sarat rindu
yang ku bawa itu sudah terlalu sebati dengan setia berbasa basi.

Sampai kapanpun luka itu parutnya akan tinggal dan kekal
lewat tempoh waktu sembuh sangat perlahan dan penuh rasa kasihan.



Ohh, Tuan Pecinta
lelah pencarian menjadi guruku,
kutahu salah mencari cinta-Mu

Wahai Tuan,
cinta-Mu adalah cahaya
dia selalu ada dan menyinari,
kental bila pintu rasa terkuak lebar

Wahai Tuan,
aku salah,
kenapa aku tak mulai membuka pintu rasa
atau berusaha agar Kau mencintaiku,
atau memulai dengan mencintai-Mu,
hanyut dalam asyadu hubbalillah,
hanyut dalam arus-Mu,
berputar dalam mihwar-Mu,
sungguh aku bodoh,
penuh dengan tak tahu
Inilah cinta: membumbung ke langit,
setiap saat mengoyak seratus cadar,
mula-mula, mengingkari hidup
akhirnya, melangkah tanpa kaki,
menganggap dunia ini tak tampak,
mengganggap sepi semua yang muncul di benak.

"O.............


Cinta telah mati,
di atas batu sana,
ketika air jatuh dari telapak
dan menciprat sajadah


di atas batu sana,
ketika hubb dan 'ikha
melebur dalam merah darah

Dan aku pun enggan menumbuhkan lagi,
meski yang bersisa hanya cinta berpamrih,
pamrihnya lebih indah dari onta merah
yang susunya tak akan diperah...


Mentari tersipu malu,

Kala sang mendung menyapa dalam hampa........

Pucuk daun menari – nari,

Semerbak terpa angin laju jua,

Rumputpun ikut bergoyang,

Seraya berdendang dalam kenangan

Hapuskan tembang terselip senang,

Alunan merdu terpaku merasuk kalbu,

Jiwa hampa ikut melambai,

Terdiam,seraya tergulai dalam rengkuhan.........

Dirimu yang selalu ada dilamunanku,

Dirimu yang selalu hinggap dalam setiap mimpi – mimpiku,

Dirimu yang kan merubah dunia dengan senyum manismu...

Dirimu yang kini telah mengisi kekosongan relung - relung hatiku.........

Hidupku kini lebih berwarna........

Karena engkau datang dengan membawa sejuta bahagia.........

Yang selalu datang ketika ku butuh,

Dan selalu hiasi ketika ku mulai berada dalam hitamku........

Aku ingin merajut indah ini denganmu selalu....

Wahai juwitaku yang kini telah menjadi bagian dari hidupku.....

Yang tak letih seperti ketika mentari menyinari bumi,

Dan tak lekas hilang seperti panas yang tersapu oleh hujan...

Semoga ini tak menjadi terlarang,,,,

Hanya karena nafsu yang bicara,

Ku harap ini murni dan tulus dari dalam hati.....

Semurni air dari sungai disurga,

Dan seputih rindu yang selama ini kurasa..........


1 komentar:

  1. Super sekali..(logat Mario Teguh)... benar-benar puisi yang menggugah jiwa.. menggugah turu.. dan "berbobot" kaya penulisnya, wakaka..

    BalasHapus