Alkisah, ada seorang gadis bernama Cinta yang berasal dari negeri merah jambu.
Siang itu Cinta, raja dan permaisuri tengah menerima beberapa pemuda yang
hendak melamar Cinta sebagai istri mereka.
Raja memanggil pemuda pertama, raja bertanya
,”Siapa namamu wahai anak muda?”
“Nama saya materi paduka,” jawab pemuda itu
“Hmm…. apa maksud kedatanganmu kemari wahai materi?”
“Hamba ingin melamar putri paduka raja, yaitu Cinta,” jawab nya
“Aku ingin tahu, sebagai ayah, apa yang akan kau lakukan kelak, jika Cinta
menerima lamaranmu?” tanya sang raja kembali
“Paduka raja yang mulia, paduka tidak perlu khawatir, hamba akan memberikan apa
saja yang Cinta minta, mobil, rumah, apartemen, tabungan, pakaian yang indah,
semua akan hamba penuhi. Bahkan, hamba akan membangun sebuah istana yang lebih
indah dan lebih besar dari pada istana ini dan Cinta akan hamba ajak
berkeliling dunia,” materi menjawab dengan panjang lebar.
“Baiklah, cukup itu saja, atau ada lagi yang ingin kau sampaikan pada Cinta?’
tanya raja kembali
“Apapun yang Cinta minta, akan saya penuhi, paduka,” jawab materi penuh
keyakinan
“Baik kalau begitu, Cinta, bagaimana jawabanmu putriku?” tanya raja pada Cinta
Cinta tersenyum dan berkata ,”ayah, Cinta merasa sangat berlebihan dengan harta
yang ayahanda raja miliki, Cinta adalah putri ayah satu satunya, sudah pasti,
suatu saat nanti Cinta yang akan memimpin negeri ini, dan bagi Cinta, memiliki
negeri ini lebih dari cukup jika dibandingkan dengan apa yang materi tawarkan
tadi. Bukan itu yang Cinta mau ayahanda….”
Sang raja mengangguk-ngangguk, dia pun berpaling kepada materi, yang saat itu
menampakakkan raut kekecewaan.
“Nah, materi, kamu sudah dengar sendiri bukan, Cinta tidak memerlukan hartamu,
jika itu yang engkau tawarkan. Karena itu, silakan engkau tinggalkan ruangan
ini,”
Materi terdiam, kemudian ia berkata,”Baiklah baginda raja, hamba mohon ijin,”
materi berjalan keluar ruangan dengan langkah lunglai dan tertunduk.
“Giliranmu anak muda, siapa namamu?” raja bertanya pada pemuda berbadan tinggi
dan tegap
“Nama hamba Gagah baginda,” jawab pemuda itu
“Baiklah gagah, apa maksud kedatanganmu kemari?” tanya sang raja
“Hamba ingin melamar putri paduka yaitu Cinta, untuk menjadi istri hamba,”
jawab gagah dengan senyum yang sangat menawan
“Hmm…. sebagai ayah, aku ingin tahu, apa yang akan kau berikan pada Cinta, jika
ia kelak bersedia menjadi istrimu?” tanya raja
“Paduka, hamba akan memastikan keindahan Cinta di dunia ini tidak akan pudar,
hamba akan selalu menjaga Cinta, agar tetap cantik, tetap indah. Hamba akan
memastikan, kecantikan Cinta tak lekang oleh waktu, walaupun usia kita pasti
akan bertambah, hamba akan memastikan, tidak ada yang berubah pada diri Cinta.
Cinta akan tetap indah dan tidak akan termakan oleh usia.” jawab Gagah penuh
kepastian dan senyum yang sangat menawan
“Baiklah, hanya itu saja, atau masih ada lagi?” tanya raja kembali
“Hamba rasa cukup paduka,” jawab gagah sambil memandangi Cinta dengan penuh
keyakinan, bahwa lamarannya akan diterima.
“Baik, sekarang saatnya kita dengarkan dengar jawaban Cinta, bagaimana
jawabanmu putriku?”
Cinta menatap gagah sejenak, pemuda itu membalas pandangan Cinta, kemudian
Cinta memandang ayahnya dan berkata
“Ayah, hamba ragu dengan pernyataan gagah, betulkah ia dapat menjaga Cinta agar
selalu terlihat cantik, walaupun Cinta telah tua kelak…….. Ayah, menjadi tua
adalah sebuah kepastian, dan itu terbukti pada diri ayah. Seberapa pun kerasnya
ayah menjaga fisik, baik itu dengan olahraga, meminum vitamin, makan makanan
yang sehat dan bergizi, menjaga tidur, menjaga pikiran, tetap saja, fisik ayah
yang dulu dan saat ini berubah. Kening ayah tetap berkerut, kantung mata ayah
telah menghitam, rambut ayah pun sudah memutih. Saat ini, gagah memang sangat
menawan, namun, jika gagah mencintai Cinta hanya karena kecantikan, Cinta
terpaksa harus menolak ayah, karena seperti yang tadi Cinta katakan, menjadi
tua adalah sebuah kepastian. Cinta tidak ingin gagah mencintai Cinta hanya
karena fisik, karena kecantikan itu tidak abadi.” jelas Cinta panjang lebar
Gagah terkejut mendengar jawaban Cinta.
“Nah, gagah, engkau sudah mendengar jawaban dari Cinta. Ia tidak menilai
kedalaman cinta dari fisik semata, karena itu, silakan engkau tinggalkan
ruangan ini.” kata raja
Gagah tertunduk lemas. Ia tak bisa berkata-kata, ia pun meninggalkan ruangan
dengan langkah lunglai.
“Kamu anak muda, siapa namamu?” tanya raja pada seorang pemuda berpenampilan
trendi, masa kini, sambil membawa bunga dan sebuah gitar.
“Salam sejahtera duhai raja yang memiliki negeri nan indah, rakyatnya tentram
dan damai……. perkenalkan, nama hamba Gombal.” jawab pemuda itu sambil
melemparkan senyum manis pada cinta.
“Baiklah gombal, apa maksud kedatanganmu kemari, wahai anak muda?”
“Wahai paduka raja yang mulia, yang terkenal di seantero negeri dengan
kedermawanannya, maksud kedatangan hamba kemari adalah untuk melamar putri
paduka raja, Cinta, yang cantik jelita, elok bagai bidadari, rupawan bagai
bunga, indah di pandang bak pelangi.”
“Hmm…baiklah, lalu, jika kelak Cinta menerima lamaranmu, apa yang akan kau
berikan padanya?” tanya raja
“Baginda raja yang arif dan bijaksana, paduka raja yang terhormat tidak perlu
merasa khawatir, hamba akan selalu ada di sisi Cinta, kapanpun dan dimanapun.
jika cinta terluka, biarlah hamba melukai diri hamba juga, jika cinta menangis
sedih, biarkan hamba menanti air mata cinta sebelum air mata itu sempat
membasahi pipi cinta, hamba akan membuat cinta selalu tersenyum, hamba akan
membuat hari-hari cinta indah bagaikan hidup di surga, hamba tidak akan
membiarkan cinta kesusahan, jika masalah datang menghadang, hamba yang pertama
akan menghadapinya, hamba tidak akan membiarkan cinta tersakiti ataupun
disakiti, dan jika kelak cinta mati, hambapun akan ikut mati bersamanya……oohhh
cinta, ijinkan aku untuk menjadi pendampingmu…” jawab gombal panjang lebar.
“Baiklah, jawabanmu sangat panjang, sekarang, saatnya kita mendengar jawaban
Cinta, bagaimana jawabanmu nak?” tanya raja
Tiba-tiba, gombal berlutut di hadapan Cinta dan menyerahkan setangkai bunga
yang sejak tadi di genggamnya, ia berkata pada Cinta “Wahai cinta, dindaku
terkasih, terimalah bunga ini sebagai tanda cintaku padamu,”
Cinta terkejut, kemudian berkata, “Maafkan wahai gombal, dengarlah dulu
jawabanku.” Cinta berkata
sambil menepis dengan halus, bunga yang gombal berikan.
“Ayahanda tercinta, hamba tidak habis pikir dengan jawaban gombal, tidak
mungkin rasanya, kelak, gombal akan selalu ada disisi Cinta juga tidak mungkin
Cinta akan selalu merasa senang, tidak mungkin dalam suatu pernikahan tidak ada
masalah, tidak ada perbedaan. Ayah sendiri sudah mengalaminya bukan. Ayah dan
ibu terkadang berselisih paham, berdebat, namun, setelah itu ayah dan ibu
kembali rukun dan mesra seperti biasa, tidak mungkin pula, jika cinta terluka,
gombal akan rela melukai dirinya sendiri, tidak mungkin cinta akan bahagia
selamanya, karena dalam hidup ini, pasti ada saat susah dan ada saat senang,
dan satu lagi, adalah sebuah kemustahilan jika cinta mati, gombal pun akan ikut
mati bersama cinta…. ahhh…. bukan itu yang Cinta cari ayah…..” jawab Cinta
dengan nada mulai putus asa.
“ooohhhh cinta, jawabanmu melukai hatikuuuu…….” jawab gombal penuh duka.
“nah, gombal, sudah dengar sendiri jawabannya bukan, sekarang, silakan kau
tinggalkan ruangan ini” kata raja
“Aha, ternyata tinggal satu pemuda lagi, siapa namamu anak muda?” tanya raja
pada seorang pemuda berpenampilan santun
“Assalammualaikum paduka raja yang terhormat, nama hamba Iman.” jawab pemuda
itu sambil menatap raja.
“Baiklah iman, apa maksud kedatanganmu kemari, wahai anak muda?” tanya raja
“Hamba bermaksud untuk melamar putri paduka, yaitu Cinta, untuk hamba jadikan
istri.”
jawab Iman dengan sopan
“Iman, perlu engkau ketahui, tak mudah untuk menaklukan hati putriku, ia sudah
menolak tiga lamaran pemuda yang begitu meyakinkan, yang rela memberi apapun
yang ia inginkan. nah, engkau sendiri, apa yang akan kau berikan pada cinta,
jika kelak ia bersedia menjadi istrimu?”
“Paduka raja, hamba memang tidak seperti tiga pemuda tadi, yang bisa memberikan
apapun yang Cinta inginkan. yang bisa hamba berikan, mungkin tidak bisa dilihat
oleh mata, karena kasih sayang yang hamba berikan berbentuk ketulusan,
keikhlasan dan pengertian. hamba tidak bisa memberikan kepastian akan
kecantikan cinta yang abadi, namun yang bisa hamba berikan, adalah menerima
Cinta apa adanya saat ini ataupun nanti jika kita sudah tua. hamba tidak dapat
memberi istana yang besar di dunia, tapi hamba ingin mengajak cinta membangun
istana untuk keluarga kita kelak di surga abadi. hamba memang tidak mungkin
untuk selalu menemani cinta dimanapun cinta berada, namun hamba akan selalu
menemani setiap langkah cinta dengan iringan doa yang tulus. hamba tidak
mungkin dapat melukai diri hamba sendiri saat cinta terluka, namun hamba akan
mengajak cinta menikmati ujian luka, dengan selalu mengingat bahwa ada saat
sehat dan juga ada saat sedih. hamba juga tidak dapat menjaga agar cinta tetap
muda dan menawan, karena seperti yang sudah cinta katakan tadi bahwa, menjadi
tua adalah sebuah kepastian, karena itu, hamba akan mengajak cinta untuk
menikmati kasih sayang ini dengan kedewasaan…..”
Iman menghela napas sejenak kemudian melanjutkan ,”dan yang terpenting paduka,
hamba akan mengajak cinta untuk membuat sebuah keluarga yang berlandaskan pada
cinta Allah, saling mencintai karena Allah dan berharap agar cinta kita selalu
di ridhoi oleh Allah….” kata Iman mengakhiri penjelasannya.
Sebelum ayahnya sempat bertanya pada Cinta, Cinta segera berkata,“Ayah, inilah
yang Cinta harapkan, inilah pemuda yang Cinta cari selama ini…..”
Sang raja dan permaisuri pun tersenyum puas…..